BAB I
PENDAHULUAN
A.
Latar Belakang
Pelaksanaan model tematik bagi siswa
SD/MI di kelas I – III salah satunya berdasarkan
pada kondisi psikologis siswa kelas I – III yang memandang segala sesuatu
sebagai satu kesatuan yang utuh (holistik). Sangat sulit bagi mereka untuk memahami
dan membedakan berbagai konsep. Air, sebagai contoh, dipandang sebagai zat yang
sering digunakan dalam kehidupan sehari-hari. Bila guru menjelaskan air secara
hakekat dan terpisah dengan konsep-konsep lain (seperti konsep air dalam ilmu
kimia), siswa akan mengalami kesulitan memahaminya. Dalam pembelajaran lebih
baik bila konsep air dikaitkan dengan konsep bersuci dalam mata pelajaran pendidikan
agama Islam, konsep kebersihan dalam mata pelajaran IPA, konsep transportasi
air dalam pelajaran IPS, bahkan dalam pelajaran kesenian pun guru dapat
menyampaikan makna dan kegunaan air dalam suatu nyanyian/ lagu. Gerakan ombak
air laut pun dapat diekspresikan siswa melalui gerakan ritmik mengikuti gerak
tari untuk memperkuat otot lengan dan hasta dalam pelajaran pendidikan jasmani
dan kesehatan.
Fenomena banyak siswa yang tinggal
kelas pada kelas I – III juga dijadikan dasar bagi pengambil kebijakan untuk
melaksanakan pembelajaran tematik. Pembelajaran tematik sangat membantu siswa
yang tidak berasal dari pendidikan pra sekolah untuk mulai belajar di bangku
formal. Pelajaran yang disajikan tanpa adanya pemilahan mata pelajaran
menyebabkan siswa belajar tanpa sadar berbagai hal dalam satu kali
pembelajaran. Hal ini sangat menguntungkan bagi siswa, yaitu belajar tanpa
beban dan learning by playing. Bermain adalah kegiatan yang paling
disukai oleh anak-anak.
Pembelajaran
tematik menekankan pada pemberian
pengalaman langsung (direct experiences). Dengan pengalaman
langsung ini, siswa dihadapkan pada sesuatu yang nyata (konkrit) sebagai dasar
untuk memahami hal-hal yang lebih abstrak (Depdiknas, 2006). Hal ini sesuai
dengan karakteristik siswa usia SD/MI kelas I -III masih sangat tergantung pada
respon indera, artinya apa yang mereka lihat, dengar, dan rasakan sangat
mendominasi apa yang mereka pahami. Implikasi kepada pembelajaran di kelas
adalah penggunaan metode dan bahan belajar yang mendukung kepada penerimaan
sensorik pancaindera. Mereka sangat mudah melakukan duplikasi terhadap segala
apa yang mereka lihat. Guru di kelas adalah role model yang sangat
mempengaruhi perkembangan jiwa dan intelektual mereka di masa depan.
Hal-hal di atas dijadikan dasar oleh
Pemerintah untuk menerapkan pembelajaran tematik kepada siswa SD/MI kelas awal
(kelas I – III). Diharapkan dengan pembelajaran yang sesuai keberhasilan pencapaian
kompetensi yang tercantum dalam Standar Isi (Permendiknas Nomor 22 Tahun 2006)
lebih baik. Pembelajaran tematik telah menjadi kesepakatan bagi kita. Kita
sebagai guru, berniat memulai langkah awal pendidikan siswa kita di kelas awal
pendidikan dasar dengan formula tematik.
Usaha sungguh-sungguh akan membuahkan hasil yang sesuai dengan apa yang
diusahakan. Semoga Allah Swt memudahkan usaha kita.
B. Rumusan Masalah
1.
Apa itu yang dimaksud dengan
Pembelajaran Tematik?
2.
Bagaimana menyusun perangkat
pendukung pembelajaran tematik?
3.
Bagaimana langkah-langkah
pelaksanaan pembelajaran tematik?
4.
Bagaimana cara melaksanakan
penilaian pembelajaran tematik?
C.
Tujuan
Pembelajaran
1.
Menjelaskan konsep dasar
pembelajaran tematik.
2.
Menyusun perangkat pendukung
pembelajaran tematik.
3.
Menjelaskan langkah-langkah
pelaksanaan pembelajaran tematik.
4.
Melaksanakan penilaian
pembelajaran tematik.
BAB II
KONSEP DASAR PEMBELAJARAN TEMATIK
A.
Pengertian
Pembelajaran Tematik
Pembelajaran
tematik adalah pembelajaran terpadu yang menggunakan tema untuk mengaitkan
beberapa mata pelajaran sehingga dapat
memberikan pengalaman bermakna kepada siswa (Depdiknas, 2006). Tema adalah pokok pikiran atau gagasan pokok
yang menjadi pokok pembicaraan (Poerwadarminta, 1983). Dengan demikian
pembelajaran tematik merupakan pembelajaran yang menetapkan satu tema sebagai
pokok pikiran dalam membahas beberapa hal dari berbagai mata pelajaran yang
secara konseptual dan empiris dapat dikaitkan. Guru tidak dapat memaksakan
suatu konsep terkait dengan suatu tema karena akan mengaburkan makna konsep itu
sendiri dan justeru membuat siswa menjadi bingung akan hakekat konsep itu
sendiri.
Manfaat penggunaan tema dalam pembelajaran
bagi siswa, antara lain:
1.
Memudahkan siswa memusatkan
pikiran.
2.
Memudahkan siswa
mempelajari berbagai kompetensi dasar berbagai mata pelajaran yang diikat dalam
satu tema.
3.
Memperoleh pemahaman yang lebih
mendalam dan berkesan.
4.
Mengembangkan kompetensi dasar dengan
lebih baik karena mengaitkan mata pelajaran dengan pengalaman siswa
sehari-hari.
5.
Memperoleh kebermaknaan belajar
karena tema yang ditetapkan sangat dekat dan benar-benar dialami oleh siswa.
6.
Siswa lebih termotivasi untuk
aktif dalam belajar berbagai hal sekaligus karena langsung langsung terlibat
dalam situasi nyata.
Manfaat
bagi guru adalah menghemat waktu karena mata pelajaran yang disajikan secara
tematik dapat dipersiapkaan sekaligus dan diberikan dalam dua atau tiga
pertemuan, waktu selebihnya dapat
digunakan untuk kegiatan remedial, pemantapan, atau pengayaan. Dengan demikian guru dapat lebih
berkreativitas dalam mengelola pembelajaran agar`lebih sesuai dan memiliki daya
efektivitas dan efisiensi tinggi.
B.
Landasan
Pembelajaran Tematik
Pembelajaran adalah suatu proses
sehingga melibatkan aspek teori dan praktek. Kedua aspek saling berhubungan dan
tidak dapat dipisahkan ibarat dua sisi mata uang. Teori memberikan
arahan agar praktek pembelajaran dapat berlangsung dengan baik. Teori
pendidikan dapat disusun dari berbagai pendekatan dapat bersumber dari
filsafat, psikologi, atau dibuatkan dasar hukumnya (yuridis/idiologi). Demikian
juga pembelajaran tematik dibangun atas ketiga landasan di atas.
1.
Landasan
Filosofis
Pembelajaran
tematik sangat dipengaruhi oleh tiga aliran filsafat, yaitu: progresivisme, konstruktivisme, dan humanisme.
a. Aliran
progresivisme
Aliran ini memandang manusia sebagai makhluk yang bebas,
aktif, dinamis, dan kreatif. Aliran progresivisme mengandung aspek rasionalitas
yang ditunjukkan oleh eksistensi manusia (Imam, 1996 : 83). Pemahaman terhadap
siswa dapat dilaksanakan dengan benar bila akal budi siswa dapat berfungsi
dengan wajar. Pengembangan rasionalitas inilah yang membedakan dirinya dengan
makhluk lain. Dengan demikian implikasi aliran progresivisme dalam pembelajaran
adalah menerapkan pendekatan yang berpusat pada siswa, yaitu: menekankan pada
sifat alamiah siswa sebagai manusia yang berbudi dan berakal melalui
pengembangan kreativitas dalam suasana pembelajaran yang alamiah dengan
memperhatikan kemampuan dan pengalaman siswa.
b.
Aliran
konstruktivisme
Konsep
pengetahuan menurut aliran ini adalah sebagai hasil kontruksi (construct
= membentuk) manusia. Pembentukan pengetahuan terjadi karena adanya interaksi
dengan obyek , fenomena, pengalaman, dan lingkungannya. Dengan demikian
pengetahuan siswa tidak terbentuk begitu saja harus diberikan fasilitas agar
terbentuk dapat melalui penggunaan metode yang tepat mamupun media yang
mendukung pembentukan pengetahuan itu sendiri. Implikasi dalam pembelajaran
adalah setiap guru harus menyadari bahwa setiap siswa sebagai subyek
pembelajaran yang telah bermuat pengetahuan yang diperoleh dari pengalaman
sebelumnya. Dengan demikian setiap guru harus mampu mengembangkan pengetahuan
yang telah ada secara maksimal.
c.
Aliran humanisme
Siswa
adalah anak manusia yang unik dengan segala kelebihan. Setiap siswa, bagaimana
pun mereka, memiliki potensi. Potensi yang tampak tidak dapat menggambarkan
sepenuhnya kemampuan laten yang dimilikinya. Seorang siswa yang
memperoleh hasil Ujian Semester mata pelajaran matematika di bawah Kriteria Ketuntasan Minimal tidak
serta merta dicap sebagai siswa bodoh. Kemungkinan kemampuan numerikalnya agak
kurang baik, namun guru yang bijaksana dapat menggali kemampuan lain, seperti:
kemampuan musikal, kinestetik, interpersonal, intrapersonal, verbal, dan
natural. Aliran humanisme ini berupaya memandang siswa adalah makhluk yang
harus dihargai dan dikembangkan karena kelebihannya. Harapan-harapan siswa
dalam pembelajaran juga harus dipenuhi. Implikasi dalam pembelajaran adalah
guru melaksanakan tugas sebagai pelayan yang harus mau mengerti siswa.
Guru menyediakan fasilitas pembelajaran yang mengembangkan siswa menjadi manusia
yang berkehendak dan berpotensi.
2.
Landasan
Psikologis
Pembelajaran
dilaksanakan berdasarkan teori-teori belajar yang berasal dari teori-teori
psikologi dan terutama berhubungan dengan situasi belajar, termasuk
pembelajaran tematik. Teori belajar ini meskipun bersifat teoretis namun telah
teruji kebenarannya melalui eksperimen-eksperimen (Thornburg, 1984). Banyak
ahli yang menekankan perlunya guru memahami teori belajar, antara lain Lindgren
(1976) yang mengatakan:
a.
Teori belajar
membantu guru memahami pembelajaran yang terjadi dalam diri siswa;
b.
Dengan kondisi
ini guru dapat memahami berbagai kondisi dan faktor yang mempengaruhi,
memperlancar, dan menghambat pembelajaran;
c.
Dengan teori
belajar memungkinkan bagi guru melakukan prediksi yang cukup akurat tentang
hasil yang diharapkan;
Dengan teori belajar dapat membantu guru
meningkatkan penampilannya sebagai pengajar yang efektif.
Berikut
ini teori-teori belajar yang mendasari formula pembelajaran tematik:
a.
Teori
perkembangan Piaget
Menurut
Piaget perkembangan kognitif merupakan suatu proses mekanisme biologis yang
dipengaruhi oleh perkembangan sistem syaraf. Travers dalam Toeti (1992)
mengatakan bahwa ke-kompleks-an susunan syaraf berbanding lurus dengan
bertambahnya usia yang ditunjukkan dengan
meningkatnya kemampuan. Dengan demikian, menurut Piaget, proses
belajar seseorang akan mengikuti pola dan tahap-tahap perkembangan tertentu
yang bersifat hierarkis sesuai dengan umurnya. Piaget membagi manusia menjadi
empat tahap perkembangan kognitif, yaitu: jenjang sensorimotorik (0-2 tahun),
jenjang pre operasional (2-6 tahun),
jenjang operasional konkrit (6-12 tahun), dan jenjang formal (12-18 tahun). Seorang
yang telah berumur 18 tahun diharapkan telah mencapai jenjang kognitif formal
sehingga mampu berpikir abstrak/ mengadakan penalaran.
Implikasi
teori kognitif Piaget ini terhadap pembelajaran tematik adalah penyediaan materi,
fasilitas belajar dan metode pembelajaran yang sesuai dengan usia siswa kelas I
– III. Khusus untuk materi yang terkait dengan tuntutan pencapaian standar kompetensi
dan kompetensi dasar hendaknya memiliki tingkat kedalaman dan keluasan yang
sesuai untuk siswa pada jenjang operasional konkrit. Berkaitan dengan fasilitas
dan metode pembelajaran tematik sangat tepat dilaksanakan melalui permainan
yang mengarah kepada pencapaian indikator-indikator yang telah ditetapkan.
b.
Teori penemuan Bruner
Menurut
Bruner pembelajaran yang baik adalah belajar melalui penemuan (discovery) yang memungkinkan siswa memperoleh informasi dan keterampilan baru berdasarkan informasi dan
keterampilan yang telah diperoleh sebelumnya. Teori Bruner berdasarkan empat
prinsip utama, yaitu:
1)
Agar terjadi
pembelajaran diperlukan adanya motivasi siswa. Peran guru dalam hal ini adalah
membangkitkan motivasi belajar siswa.
2)
Diperlukan
konseptualisasi pengaturan struktur bahan pelajaran agar mudah dipelajari
siswa.
3)
Diperlukan
pengurutan pengalaman belajar mulai dari yang konkrit ke abstrak.
4)
Diperlukan
adanya pujian dan hukuman.
Implikasi
Teori Bruner ini dalam pembelajaran di
kelas adalah penggunaan metode pembelajaran yang dapat membangkitkan dorongan
internal yangg berasal dari dorongan eksternal, penyiapan bahan / materi ajar
yang sesuai namun tetap memperhatikan ketercapaian standar isi, kegiatan
belajar yang sesuai dengan psikologi perkembangan siswa, dan kegiatan yang
merangsang kompetisi sehat antar siswa dengan memberikan penilaian yang
obyektif.
c.
Teori belajar bermakna
Ausabel
Ausabel
menyatakan bahwa seharusnya materi yang dipelajari diasimilasikan dan
dihubungkan dengan pengetahuan yang telah dimiliki siswa sebelumnya (Toeti,
1992: 27). Asimilasi terjadi bila
seseorang menerima informasi atau pengalaman baru maka informasi tersebut akan
dimodifikasi sehingga cocok dengan struktur kognitif yang telah dipunyainya. Dengan
demikian, diperlukan dua persyaratan tercapai kebermaknaan dalam belajar,
yaitu: materi yang secara potensial bermakna (dipilih dan diatur bersama guru –
siswa sesuai dengan tingkat perkembangan dan pengalaman siswa) dan situasi
belajar yang bermakna.
Implikasi
Teori Ausabel dalam pembelajaran tematik adalah penggunaan pendekatan
kontekstual dengan memanfaatkan lingkungan sendiri sebagai lingkungan belajar
dan pemilihan materi yang akrab dengan kehidupan sehari-hari agar motivasi
belajar meningkat.
Ringkasnya,
teori belajar memberikan sumbangan pemikiran bahwa adanya retensi (ingatan yang
tertinggal sebagai hasil belajar) yang lebih besar pada pembelajaran tematik
daripada pembelajaran secara terpisah. Hasil-hasil penelitian mengenai retensi
sebagai berikut:
5) materi yang bermakna akan lebih mudah diingat daripada materi yang tidak ada
artinya bagi siswa.
6) benda yang jelas dan konkrit akan lebih mudah diingat
dibanding yang bersifat abstrak.
7) Retensi akan lebih baik untuk materi yang kontekstual.
3. Landasan Yuridis
Pemerintah telah membuat berbagai peraturan dan kebijakan yang mendukung
pelaksanaan pembelajaran tematik di SD/MI. Landasan yuridis
tersebut adalah UU No. 23 Tahun 2002 Pasal 9 tentang Perlindungan Anak yang
menyatakan bahwa ”Setiap anak berhak memperoleh pendidikan dan pengajaran dalam
rangka pengembangan pribadinya dan tingkat kecerdasannya sesuai dengan minat
dan bakatnya.” dan UU No. 20 Tahun 2003
Bab V Pasal 1-b tentang Sistem Pendidikan Nasional yang menyatakan bahwa ”Setiap
peserta didik pada setiap satuan pendidikan berhak mendapatkan pelayanan
pendidikan sesuai dengan bakat, minat, dan kemampuannya.”
C.
Karakteristik
Pembelajaran Tematik
Depdiknas (2006)
menyampaikan karakteristik-karakteristik pembelajaran tematik yang merupakan
hasil kajian secara filosofis, psikologis, dan instruksional sebagai berikut:
1.
Berpusat pada siswa
Dalam
pembelajaran tematik siswa yang aktif berbuat, guru hanya sebagai fasilitator
yang memperlancar proses pembelajaran agar mengarah kepada tujuan pembelajaran.
Semua kegiatan pembelajaran adalah kegiatan yang mendaya fungsikan siswa
sebagai subyek belajar. Kelas adalah ajang pembelajaran bagi siswa untuk
mengembangkan segala kemampuan dirinya.
2. Memberikan
pengalaman langsung
Pembelajaran
tematik dapat memberikan pengalaman langsung kepada siswa (direct
experiences). Siswa tidak sekedar memahami sesuatu tanpa melihat apa dan
bagaimana sesuatu ada dan bekerja. Ini sangat sesuai dengan jenjang umur siswa
yang berada dalam masa operasional konkrit. Bahkan dalam kegiatan penemuan,
siswa melakukan dan menemukan sesuatu dengan sendirinya. Pengalaman langsung
ini memberikan pengalaman yang menghasilkan belajar bermakna. Diharapkan dalam
memberikan pengalaman langsung ini guru menggunakan media belajar yang menarik.
3. Pemisahan matapelajaran tidak begitu jelas
Dalam
pembelajaran tematik kita tidak mengenal kata ’Sekarang kita belajar
matematika, belajar IPA, dan seterusnya. Kegiatan berlangsung seperti air
mengalir, tanpa terasa siswa masuk pada konsep bilangan asli kurang dari 20
dengan menyanyikan lagu ”Balonku” atau menghitung anggota tubuh kita sambil
menyenandungkan kalimah Alhamdulillaahirobbil’aalamiin, dan seterusnya. Dengan
demikian pemisahan antar mata pelajaran menjadi tidak begitu jelas. Fokus
pembelajaran diarahkan kepada pembahasan tema-tema yang paling dekat berkaitan
dengan kehidupan siswa.
4. Menyajikan
konsep dari berbagai mata pelajaran
Berbagai
konsep dari berbagai mata pelajaran disajikan dalam satu atau beberapa kali
pembelajaran. Dengan demikian, terjadi penyederhanaan konsep namun tetap utuh
sesuai dengan usia siswa.
5. Bersifat fleksibel
Guru diberi keleluasaan (fleksibelitas) untuk
berkreativitas mengaitkan materi suatu mata pelajaran dengan materi mata
pelajaran lain. Untuk membangkitkan motivasi, guru dapat mengaitkan dengan
segala sesuatu yang akrab dengan siswa (kehidupan dan lingkungan sekitar
mereka).
6.Hasil pembelajaran sesuai dengan minat dan
kebutuhan siswa
Pembelajaran tematik berusaha mengakomodasi minat,
kebutuhan, dan potensi siswa agar berkembang maksimal. Pembelajaran dirancang
sesuai dengan usia dan memberikan kesempatan kepada semua kecerdasan terpendam
dapat terasah.
7. Menggunakan prinsip
belajar sambil bermain dan menyenangkan
Bermain adalah suatu aktifitas yang dilakukan untuk memperoleh kesenangan, tanpa
mempertimbangkan hasil akhir. Pengaruh bermain bagi perkembangan anak:
a.
Mempengaruhi
perkembangan fisik anak.
b.
Dapat
digunakan sebagai terapi.
c.
Dapat
mempengaruhi pengetahuan anak.
d.
Mempengaruhi
perkembangan kreativitas anak.
e.
Mengembangkan
tingkah laku sosial anak.
f.
Dapat
mempengaruhi nilai moral anak.
Secara garis besar terdapat dua jenis permainan, yaitu: permainan aktif dan permainan pasif.
Permainan aktif contohnya adalah:
bermain bebas dan spontan, drama, bermain musik, mengumpulkan sesuatu,
dan permainan olahraga. Sedangkan contoh permainan pasif adalah membaca,
mendengar radio, dan menonton televisi.
Selain itu terdapat
rambu-rambu yang harus diperhatikan bagi
guru yang melaksanakan pembelajaran tematik, yaitu:
1.
tidak semua mata
pelajaran harus dipadukan;
2.
dimungkinkan
terjadi penggabungan kompetensi dasar lintas semester;
3.
kompetensi dasar
yang tidak dapat dipadukan, jangan dipaksakan untuk dipadukan. Kompetensi dasar
yang tidak diintegrasikan dibelajarkan secara tersendiri;
4.
kompetensi dasar
yang tidak tercakup pada tema tertentu harus tetap diajarkan baik melalui tema
lain maupun disajikan secara tersendiri;
5.
kegiatan
pembelajaran ditekankan pada kemampuan membaca, menulis, dan berhitung serta
penanaman nilai-nilai moral; dan
6.
tema-tema yang
dipilih disesuaikan dengan karakteristik siswa, minat, lingkungan, dan daerah
setempat (Depdiknas, 2006)
BAB III
PELAKSANAAN
PEMBELAJARAN TEMATIK
Pelaksanaan
pembelajaran tematik setiap hari dilakukan dengan menggunakan tiga tahapan kegiatan
yaitu kegiatan pembukaan/awal/pendahuluan, kegiatan inti, dan kegiatan penutup.
A. Kegiatan Pendahuluan (pembukaan)
Kegiatan ini dilakukan terutama
untuk menciptakan suasana awal pembelajaran untuk mendorong siswa menfokuskan
dirinya agar mampu mengikuti proses pembelajaran dengan baik.
Sifat
dari kegiatan pembukaan adalah kegiatan untuk pemanasan. Pada tahap ini
dapat dilakukan penggalian terhadap pengalaman anak tentang tema yang akan
disajikan. Beberapa contoh kegiatan yang dapat dilakukan adalah bercerita,
kegiatan fisik/jasmani, dan menyanyi
B.
Kegiatan
Inti
Dalam kegiatan inti difokuskan
pada kegiatan-kegiatan yang bertujuan untuk pengembangan kemampuan baca, tulis
dan hitung. Penyajian bahan pembelajaran dilakukan dengan menggunakan
berbagai strategi/metode yang bervariasi
dan dapat dilakukan secara klasikal, kelompok kecil, ataupun perorangan.
C.
Kegiatan
Penutup/ Akhir dan Tindak Lanjut
Sifat
dari kegiatan penutup adalah untuk menenangkan kelas. Beberapa contoh
kegiatan akhir/penutup yang dapat dilakukan adalah menyimpulkan/mengungkapkan
hasil pembelajaran yang telah dilakukan, mendongeng, membacakan cerita dari
buku, pantomim, pesan-pesan moral, musik/apresiasi musik.
Berikut
ini adalah contoh pelaksanaan pembelajaran tematik:
Tahap
|
Lama waktu
|
Fokus
|
Kegiatan yang mungkin
|
Metode
|
Pembuka
|
1 x
35 menit
|
Menciptakan
suasana awal pembelajaran yang kondusif.
Penggalian
pengetahuan awal siswa
|
Menyanyi
Kegiatan
fisik
Bercerita
|
Klasikal
dan individu
|
Inti
|
3 x
35 menit
|
Kemampuan
CALISTUNG
|
Belajar
sambil bermain
|
Metode
bervariasi klasikal maupun kelompok
|
Penutup
|
1 x
35 menit
|
Untuk
menenangkan kelas.
|
menyimpulkan/mengungkapkan
hasil pembelajaran yang telah dilakukan,
mendongeng,
membacakan
cerita dari buku,
pantomim,
pesan-pesan moral,
musik/apresiasi musik.
|
Klasikal
|
BAB IV
PENILAIAN
PEMBELAJARAN TEMATIK
A. Pengertian Penilaian
Penilaian (evaluation)
sangat erat dengan pengukuran (measurement).
Penilaian dilakukan setelah kegiatan pengukuran. Ratna (1988: 5) berpendapat bahwa pengukuran
adalah prosedur pemberian angka atau nilai pada diri seseorang yang berkaitan
dengan ciri-ciri yang diukur. Mehrens (1973: 6) mengutip pendapat Cronbach yang
mendefinisikan pengukuran sebagai prosedur yang sistematis untuk mengamati
perilaku seseorang dan menggambarkannya dengan bantuan skala numerik atau
sistem pengkategorian. Dengan demikian, pengukuran merupakan kegiatan yang
menggambarkan atribut atau sifat-sifat
objek yang diukur dengan mengumpulkan data secara kuantitatif dengan
menggunakan alat ukur yang sesuai. Pengukuran dalam bidang pendidikan mencakup
bidang kognitif melalui pemberian tes, bidang afektif melalui kuesioner,
wawancara, dan bidang psikomotorik melalui perbuatan dan pengamatan. Selanjutnya dilakukan penilaian yang
bertujuan mengambil keputusan baik dan buruk.
Penilaian merupakan kegiatan evaluasi yang harus
dilakukan oleh setiap guru dalam pembelajaran. Betapa pun baiknya perencanaan
dan pelaksanaan pembelajaran, namun tidak menggunakan penilaian yang sesuai dan
seharusnya maka segalanya tidak bermakna. Penilaian dapat digunakan oleh
berbagai pihak untuk dijadikan sebagai bahan refleksi dan dasar dalam
pengambilan berbagai kebijakan. Manfaat penilaian bagi siswa sangat besar
karena hasil penilaian dapat dijadikan dasar penguasaannya terhadap suatu kompetensi
yang telah ditetapkan. Bahkan hasil penilaian merupakan penentu nasib apakah ia
naik/ tidak naik kelas, dan lain-lain. Apa yang terjadi bila seorang guru tidak
mampu melakukan penilaian? Agar guru tidak melakukan kedholim-an, guru
wajib menguasai tekhnik penilaian yang benar. Hal ini sesuai dengan firman Allah sebagai
berikut:
Artinya: “Sempurnakanlah takaran apabila
kamu menakar dan timbanglah dengan neraca yang benar. Itulah yang lebih utama
bagimu dan lebih baik akibatnya.” (Al-Qur’an Surah Al-Israa’: 35)
B. Penilaian dalam Pembelajaran
Tematik
Penilaian dalam pembelajaran tematik adalah suatu usaha
untuk mendapatkan berbagai informasi secara berkala, berkesinambungan, dan
menyeluruh tentang proses dan hasil dari pertumbuhan dan perkembangan yang
telah dicapai oleh anak didik melalui program kegiatan belajar (Depdiknas,
2006). Berdasarkan pengertian di atas, penilaian dalam pembelajaran tematik
adalah sama dengan penilaian pembelajaran secara umum. Kegiatan penilaian yang
berlangsung meliputi aspek proses dan hasil yang pelaksanaannya terus menerus
agar setiap perubahan yang terjadi dapat teramati dan terukur dengan cermat.
Hasil
penilaian yang digunakan untuk mengetahui tingkat penguasaan siswa (kognitif,
psikomotorik, dan afektif) melalui indikator-indikator yang telah ditetapkan,
sebagai dasar pengambilan berbagai keputusan yang terkait dengan siswa
(remedial, pengayaan, dan pemantapan), dan bagi guru dapat dijadikan sebagai
bahan feedback yang sangat membantu bagi perbaikan pembelajaran di masa
yang akan datang.
C. Prinsip Penilaian pada
Pembelajaran Tematik
1. Penilaian siswa kelas 1 tidak ditekankan pada penilaian secara tertulis,
karena siswa SD/ MI kelas belum lancar membaca dan menulis.
2. Kemampuan
membaca, menulis dan berhitung merupakan kemampuan yang harus dikuasai oleh
peserta didik kelas 1 dan 2. Oleh karena itu, penguasaan terhadap ke tiga
kemampuan tersebut adalah prasyarat untuk kenaikan kelas.
3. Penilaian tetap mengacu pada indikator dari
masing-masing kompetensi dasar dari tiap mata pelajaran.
4. Penilaian dilakukan di semua tahap kegiatan
pembelajaran (pembukaan, kegiatan inti, dan penutup). Contohnya: ketika siswa bercerita mengenai penyembelihan
hewan qurban di desanya, membaca kisah Nabi Ibrahim AS & Nabi Ismail AS,
dan menyanyi Lagu Qurban guru melakukan penilaian.
5. Semua hasil pekerjaan siswa, seperti:
kebenaran menulis, penggunaan tanda baca, keindahan tulisan, menggambar, kebersihan
menulis huruf/ angka, dan lain-lain digunakan sebagai pertimbangan dalam
memberikan hasil penilaian.
D. Tekhnik Penilaian
Tekhnik
penilaian dalam pembelajaran tematik dapat berbentuk tes dan non tes. Tekhnik
tes digunakan untuk menilai kemampuan siswa yang mencakup aspek pengetahuan,
keterampilan, dan sikap. Bentuk tes yang sering digunakan adalah tes tertulis
yang digunakan untuk menilai kemampuan menulis siswa, khususnya untuk
mengetahui tentang penggunaan tanda
baca, ejaan, kata atau angka. Bentuk tes tertulis yang lain (tes esai, tes
pilihan ganda, melengkapi, dan menjodohkan) diberikan bila guru memandang siswa
siap menerima. Tes lisan, tes perbuatan, dan portofolio dapat dilakukan
disesuaikan dengan keadaan siswa dan karakteristik materi. Tekhnik non tes untuk menilai sikap, minat,
dan kepribadian siswa. Untuk keperluan mendapatkan informasi ini antara lain digunakan
wawancara, angket, observasi, dan catatan harian perkembangan siswa. Dalam
kegiatan pembelajaran di kelas awal penilaian yang lebih banyak digunakan
adalah melalui pemberian tugas dan portofolio. Guru menilai
anak melalui pengamatan yang lalu dicatat pada sebuah buku bantu.
Di bawah ini adalah contoh penilaian
yang dapat dilakukan guru dalam pembelajaran tematik:
Mata
Pelajaran
|
Penilaian
|
Pendidikan
Agama
|
Berperilaku
hidup bersih
|
Bahasa
Indonesia
|
Perbuatan:
Intonasi dan
kelancaran deklamasi
|
Ilmu
Pengetahuan Alam
|
Perbuatan
:Melakukan gosok gigi
Lisan:
Menjelaskan manfaat gosok gigi
|
Matematika
|
Menghitung
banyaknya jumlah gerakan naik turun menyikat gigi
|
Seni
Budaya dan Keterampilan
|
Melafalkan lagu
anak-anak ”Gosok Gigi”
|
E. Aspek Penilaian
Penilaian
pada pembelajaran tematik dilakukan sesuai dengan jumlah mata pelajaran yang
dipadukan. Bila terdapat 4 mata pelajaran yang dipadukan berarti guru memiliki
4 hasil penilaian. Masing-masing hasil penilaian tersebut berasal dari
pencapaian kompetensi dasar melalui indikator-indikator masing-masing mata
pelajaran.
BAB V
KESIMPULAN
A.
Kesimpulan
Pembelajaran
tematik sangat sesuai diberikan kepada siswa SD/MI kelas I – III secara
filosofis, psikologis, dan yuridis. Agar pelaksanaan pembelajaran tematik di
lapangan berhasil maka setiap guru harus
melakukan serangkaian persiapan pembelajaran dengan memahami hakekat
pembelajaran tematik dengan benar.
Guru hendaknya menyusun perangkat
pembelajaran tematik, berupa: Penetapan Tema, Pemetaan KD, Pengembangan
Jaringan Tema, Pengembangan Silabus, dan Penyusunan RPP.
Langkah-langkah pelaksanaan
pembelajaran tematik meliputi 3 kegiatan pokok, yaitu: Kegiatan Pendahuluan,
Kegiatan Inti, dan Kegiatan Penutup.
0 komentar:
Posting Komentar