Bahasa Berdasarkan Asal Usul
Menurut
Keraf linguistik berarti ilmu bahasa. Kata linguistic
berasal dari kata lingua ( bahasa Latin ) berarti bahasa. Kata lingua
itu masih dapat dijumpai dalam bahasa-bahasa tertentu yang menyerap bahasa
Latin, seperti: dalam bahasa Perancis digunakan kata langue dan langage; dalam
bahasa Spanyol digunakan kata langua;
dan dalam bahasa Itali digunakan kata lingua.
Selain itu, dalam bahasa Inggris, yang dipinjam dalam bahasa Perancis, yang
sekarang digunakan kata language. (Keraf. 1991. Tatabahasa Rujukan Bahasa Indonesia : 6)
Secara
populer Wina Sanjaya mengartikan linguistik sebagai: 1) ilmu tentang bahasa, 2)
ilmu yang menjadikan bahasa sebagai objek kajian, 3) telaah ilmiah mengenai
bahasa manusia, dan 4) penyelidikan bahasa secara ilmiah. (Wina Sanjaya,2007. Strategi Pembelajaran : 132)
Bahasa di
dunia ini sangat beragam dan berbeda-beda antara satu dengan yang lain. Setiap
bahasa memiliki karakter, ciri, dan keunikannya masing-masing, baik dari segi
fonologi, morfologi, maupun sintaksisnya. Akan tetapi, bahasa-bahasa itu juga
mempunyai sifat-sifat universal, artinya setiap bahasa memiliki
kesamaan-kesamaan yang berlaku secara umum. (Wina Sanjaya,2007. Strategi Pembelajaran : 132)
Meskipun
bahasa merupakan gejala alami dan tidak pernah terlepas dari kehidupan manusia,
artinya tidak ada kegiatan manusia yang tidak disertai oleh bahasa, tetapi
sulit sekali diberikan definisinya. Hal itu tampak dari beragamnya definisi
tentang bahasa itu.
Pada
pemaparan berikut ini dikemukakan beberapa definisi bahasa diambil dari
berbagai sumber sebagai bahan kajian, di antaranya:
1. Bahasa
adalah alat komunikasi antara masyarakat, berupa lambang bunyi suara, yang
dihasilkan oleh alat ucap manusia (Keraf.
1991. Tatabahasa Rujukan
Bahasa Indonesia : 6)
2. Bahasa adalah alat yang sistematis untuk
menyampaikan gagasan atau perasaan dengan memakai tanda-tanda, bunyi-bunyi,
gestur, atau tanda-tanda yang disepakati, yang mengandung makna yang dapat
dipahami (Woster’s Third New International Dictionary of the English Language,
1961:1270).
3. Bahasa adalah sistem lambang bunyi yang
arbitrer yang dipergunakan oleh para anggota kelompok sosial untuk bekerjasama,
berinteraksi, serta mengidentifikasi diri (Kridalaksana dan Kentjono,1982:2)
4. Bahasa adalah sistem simbol vokal yang arbitrer yang
memungkinkan semua orang dalam suatu kebudayaan tertentu atau orang lain yang
mempelajari sistem kebudayaan itu untuk berkomunikasi atau berinteraksi
(Finochiaro,1946:8).
2.
Bahasa Menurut Para Ahli
Beberapa defenisi bahasa menurut para ahli dapat kita
lihat di bawah ini :
1. Berber dalam
nukunya The Story of Language ( 1964 : 21 ) mengatakan bahwa bahasa adalah
suatu system tanda yang berhubungan dengan lambang bunyi – bunyi suara dan
digunakan oleh suatu kelompok masyarakat untuk berkomunikasi dan bekerja sama.
2. Badadu dalam
bukunya Inilah Bahasa Indonesia yang Benar III ( 1989 : 3 ) mengatakan bahwa
bahasa adalah alat penghubung, alat komunikasi anggota masyarakat yaitu
individu – individu sebagai manusia yang berpikir, merasa, dan berkeinginan. Pikiran,
perasaan, dan keinginan baru berwujud bila dinyatakan, dan alat untuk
menyatakan itu adalah bahasa.
3. Kridalaksana
dalam bukunya Kamus Linguistik ( 1983 : 17 ) mengatakan bahwa bahasa adalah
system yang arbiter, yang dipergunakan oleh suatu masyarakat untuk bekerja
sama, berinteraksi, dan mengidentifikasi diri.
4. Keraf dalam
bukunya Tata Bahasa Indonesia ( 1984 : 16 ) mengatakan bahwa bahasa adalah alat
komunikasi antar anggota masyarakat, berupa lambang bunyi suara, yang
dihasilkan oleh lat ucap manusia.
5. Sapir dalam
bukunya Language ( 1921 : 8 ) mengatakan bahwa bahasa metode atau alat
penyampai ide, perasaan, dan keinginan yang sungguh manusiawi dan non-instingtif
dengan mempergunakan sistem simbol – simbol yang dihasilkan dengan sengaja dan
sukarela.
Dari semua pendapat para pakar linguistik di
atas, dapat diperhatikan bahwa ada tiga sifat bahasa yang sama – sama mereka
utamakan yaitu bahasa sebagai sistem tanda atau sistem lambang, sebagai alat
komunikasi, dan digunakan oleh kelompok manusia atau masyarakat. Jelas sudah,
bahwa semua lapisan masyarakat perlu belajar dan mengetahui bagaimana hakikat
bahasa yang sebenarnya.
3.
Teori Belajar Bahasa
a. Teori Behaviorisme
John B. Watson mengemukakan sebuah
teori konspirasi mengenai sebuah teori belajar manusia. Di dalam teorinya, ia
mengungkapkan bahwa teori belajar Behavorisme memusatkan
perhatiannya pada aspek yang dirasakan secara langsung pada perilaku berbahasa
serta hubungan antara stimulus dan respons pada dunia sekelilingnya. Dalam teori ini, tanpa kita sadari
bahwa teori ini mengungkapkan bahwa tindak balas atau respons diakibatkan oleh
adanya rangsangan atau stimulus. Atau dalam kata lain, aksi berawal oleh adanya
reaksi. Sehingga tanpa kita sadari sebab menghasilkan akibat.
Untuk membuktikan
kebenaran teorinya, Watson mengadakan eksperimen terhadap Albert, seorang bayi
berumur sebelas bulan. Pada mulanya Albert adalah bayi yang gembira dan tidak
takut bahkan senang bermain-main dengan tikus putih berbulu halus. Dalam
eksperimennya, Watson memulai proses pembiasaannya dengan cara memukul sebatang
besi dengan sebuah palu setiap kali Albert mendekati dan ingin memegang tikus
putih itu. Akibatnya, tidak lama kemudian Albert menjadi takut terhadap tikus
putih juga kelinci putih. Bahkan terhadap semua benda berbulu putih, termasuk
jaket dan topeng Sinterklas yang berjanggut putih. Dengan demikian dapat
disimpulkan bahwa pelaziman dapat mengubah perilaku seseorang secara nyata.
Pada teori yang lainnya, ilmuan kaum
behavioristik Skinner, berhasil mengungkapkan pada sebuah teori yang
bernama Behavior Skinner. Dalam teori tersebut mengungkapkan bahwa Kemampuan
berbicara dan memahami bahasa diperoleh melalui rangsangan lingkungan. Teori skinner
tentang perilaku verbal merupakan perluasan teorinya tentang belajar yang
disebutnya operant conditioning.
Menurut
Skinner, perilaku verbal adalah perilaku yang dikendalikan oleh akibatnya. Bila
akibatnya itu hadiah, perilaku itu akan terus dipertahankan. Kekuatan serta
frekuensinya akan terus dikembangkan. Bila akibatnya hukuman, atau bila kurang
adanya penguatan, perilaku itu akan diperlemah atau pelan-pelan akan
disingkirkan.
Jadi, pada teori ini kita mengetahui
tentang akibat dan sebab perilaku yang dikendalikan oleh akibatnya. Seandainya
hal itu baik menurut individu itu maka akan terus dipertahankan atau akan
ditingkatkan terus. Begitu juga sebaliknya, apabila individu tersebut merasakan
hal yang dilakukannya itu buruk, maka hal yang dilakukannya itu pun akan segera
dikuranginya atau bahkan ditinggalkanya.
Sebagai contoh
dapat kita saksikan perilaku anak-anak di sekeliling kita. Ada anak kecil
menangis meminta es pada ibunya. Tetapi, karena ibunya yakin dan percaya bahwa
es itu menggunakan pemanis buatan maka sang ibu tidak meluluskan permintaan
anaknya. Sang anak terus menangis. Tetapi sang ibu bersikukuh tidak menuruti
permintaannya. Lama kelamaan tangis anak tersebut akan reda dan lain kali lain
tidak akan minta es semacam itu lagi kepada ibunya, apalagi dengan menangis.
Seandainya anak itu kemudian dituruti keinginannya oleh ibunya, apa yang
terjadi? Pada kesempatan yang lain sang anak akan minta es lagi. Apabila ibunya
tidak meluluskannya maka ia akan menangis dan terus menangis sebab dengan
menangis ia akan mendapatkan es. Kalau ibunya memberi es lagi maka perbuatan
menangis itu dikuatkan. Pada kesempatan lain dia akan menangis manakala ia
meminta sesuatu pada ibunya.
b.
Teori
Nativisme atau Mentalistik
Berbeda dengan
kaum behavioristik, kaum nativistik atau mentalistik berpendapat bahwa
pemerolehan bahasa pada manusia tidak boleh disamakan dengan proses pengenalan
yang terjadi pada hewan. Mereka tidak memandang penting pengaruh dari
lingkungan sekitar. Selama belajar bahasa pertama sedikit demi sedikit manusia
akan membuka kemampuan lingualnya yang secara genetis telah terprogramkan.
Dengan perkataan lain, mereka menganggap bahwa bahasa merupakan pemberian
biologis. Menurut mereka bahasa terlalu kompleks dan mustahil dapat dipelajari
oleh manusia dalam waktu yang relatif singkat lewat proses peniruan sebagaimana
keyakinan kaum behavioristik. Jadi beberapa aspek penting yang menyangkut
sistem bahasa menurut keyakinan mereka pasti sudah ada dalam diri setiap
manusia secara alamiah.
Perilaku bahasa
adalah sesuatu yang diturunkan. Seorang anak lahir dengan piranti bawaan dan
segudang potensi bawaan untuk memperoleh bahasa. Pemerolehan
bahasa pada manusia tidak boleh disamakan dengan proses pengenalan yang terjadi
pada hewan. Mereka tidak memandang penting pengaruh dari lingkungan sekitar.
Selama belajar bahasa pertama sedikit demi sedikit manusia akan membuka
kemampuan lingualnya yang secara genetis telah terprogramkan. Dengan perkataan
lain, mereka menganggap bahwa bahasa merupakan pemberian biologis sejak lahir.
Chomsky (Ellis, 1986:
4-9) yang merupakan kumpulan
komunitas yang mengemukakan tokoh Teori
Nativisme mengatakan bahwasannya hanya manusialah satu-satunya makhluk Tuhan
yang dapat melakukan komunikasi lewat bahasa verbal. Selain itu bahasa juga
sangat kompleks oleh sebab itu tidak mungkin manusia belajar bahasa dari
makhluk Tuhan yang lain. Chomsky juga menyatakan bahwa setiap anak yang lahir
ke dunia telah memiliki bekal dengan apa yang disebutnya “alat penguasaan
bahasa” atau LAD (language Acquisition Device). Pada teori ini lebih menekankan pada cara manusia memperoleh
bahasa yang telah ia miliki, dan cenderung pada bahasa yang telah dimiliki
seseorang merupakan sebuah anugrah yang sedikit demi sedikit akan mengalami
perkembangan hingga ia mampu membuka kemampuan berkomunikasi yang akan dimilikinya.
c.
Teori Kognitivisme
Jika pendekatan
kaum behavioristik bersifat empiris maka pendekatan yang dianut golongan
kognitivistik lebih bersifat rasionalis. Konsep sentral dari pendekatan ini
yakni kemampuan berbahasa seseorang berasal dan diperoleh sebagai akibat dari
kematangan kognitif sang anak. Mereka beranggapan bahwa bahasa itu
distrukturkan atau dikendalikan oleh nalar manusia. Konsep sentral teori
kognitif adalah kemampuan berbahasa anak berasal dari kematangan kognitifnya.
Jadi, konsep kognitifistik
bersumber pada hasil dari belajar anak dan tidak berasal dari luar kognitif
anak , seperti afektif dan lain-lain. Konsep ini pula menjelaskan tentang dalam belajar
bahasa, bagaimana kita berpikir,
belajar terjadi
dari kegiatan mental internal dalam diri kita, belajar bahasa merupakan proses
berpikir yang kompleks. Menurut Piaget, Struktur
tersebut lahir dan berkembang sebagai akibat interaksi yang terus menerus
antara tingkat fungsi kognitif si anak dan lingkungan lingualnya.
Proses belajar
bahasa terjadi menurut pola tahapan perkembangan tertentu sesuai umur. Tahapan
tersebut meliputi:
a. Asimilasi:
proses penyesuaian pengetahuan baru dengan struktur kognitif
b.Akomodasi:
proses penyesuaian struktur kognitif dengan pengetahuan baru
c.Disquilibrasi:
proses penerimaan pengetahuan baru yang tidak sama dengan yang telah
diketahuinya.
d. Equilibrasi:
proses penyeimbang mental setelah terjadi proses asimilasi.
d. Teori
Fungsional (Interaksionis)
Bahasa
merupakan manifestasi kemampuan kognitif dan efektif untuk menjelajah dunia,
untuk berhubungan dengan orang lain dan juga keperluan terhadap diri sendiri
sebagai manusia. Para peneliti bahasa mulai melihat bahwa bahasa merupakan
manifestasi kemampuan kognitif dan efektif untuk menjelajah dunia, untuk
berhubungan dengan orang lain dan juga keperluan terhadap diri sendirisebagai
manusia.
Menurut Slobin. Teori
Fungsional (Interaksionis) Pada
asas fungsional, perkembangan diikuti oleh perkembangan kapasitas komunikatif
dan konseptual yang beroperasi dalam konjungsi dengan skema batin konjungsi.
Pada asas formal, perkembangan diikuti oleh kapasitas perseptual dan
pemerosesan informasi yang bekerja dalam konjungsi dan skema batin tata bahasa.
e. Teori
Konstruktivisme
Beberapa tokoh ahli
kontruktivisme Jean Piaget dan Leu Vygotski menyatakan bahwa manusia membentuk
versi mereka sendiri terhadap kenyataan, mereka menggandakan beragam cara untuk
mengetahui dan menggambarkan sesuatu untuk mempelajari pemerolehan bahasa
pertama dan kedua.
Pembelajaran
harus dibangun secara aktif oleh pembelajar itu sendiri dari pada dijelaskan
secara rinci oleh orang lain. Dengan demikian pengetahuan yang diperoleh
didapatkan dari pengalaman. Namun demikian, dalam membangun pengalaman siswa
harus memiliki kesempatan untuk mengungkapkan pikirannya, menguji ide-ide
tersebut melalui eksperimen dan percakapan atau tanya jawab, serta untuk
mengamati dan membandingkan fenomena yang sedang diujikan dengan aspek lain
dalam kehidupan mereka. Selain itu juga guru memainkan peranan penting dalam
mendorong siswa untuk memperhatikan seluruh proses pembelajaran serta
menawarkan berbagai cara eksplorasi dan pendekatan.
Siswa dapat benar-benar memahami
konsep ilmiah dan sains karena telah mengalaminya. Dalam kerjanya, ahli
konstruktif menciptakan lingkungan belajar yang inovatif dengan melibatkan guru dan pelajar untuk
memikirkan dan mengoreksi pembelajaran. Untuk itu ada dua hal yang harus
dipenuhi, yaitu:
Pembelajar harus berperan aktif
dalam menyeleksi dan menetapkan kegiatan belajar yang
menarik dan memotivasi pelajar, Harus ada guru yang tepat untuk membantu
pelajar-pelajar membuat konsep-konsep, nilai-nilai, skema, dan kemampuan
memecahkan masalah. Sehingga muncul hubungan yang dapat menambah komunikasi
antara pembelajar dan pelajar dan menambah terjadinya proses belajar bahasa
yang benar-benar diharapkan terjadi.
f. Teori Humanisme
Tujuan utama dari teori ini adalah
untuk meningkatkan kemampuan siswa agar bisa berkembang di tengah masyarakat.
Seorang tokoh ahli pada teori humanisme Coombs (1981)
menyatakan bahwa:
Pengajaran
disusun berdasarkan kebutuhan-kebutuhan dan tujuan siswa
a.Memberi
kesempatan kepada siswa untuk mengaktualisasikan dirinya untuk menumbuhkan
kepercayaan dirinya.
b. Pengajaran disusun untuk memperoleh
keterampilan dasar (akademik, pribadi, antar pribadi, komunikasi, dan ekonomi).
c. Memilih dan memutuskan aktivitas
pengajaran secara individual dan mampu.
d.Mengenal pentingnya perasaan
manusia, nilai, dan persepsi. suasana belajar yang menantang dan bisa
dimengerti.
0 komentar:
Posting Komentar