Welcome to punyahari.blogspot.com...selamat datang di punyahari.blogspot.com

Kamis, Desember 27, 2012

Sebuah Impian


Sebuah Impian

Seorang anak yang terlahir di Sleman, 11 tahun yang lalu, tepatnya 11 Desember 2000, anak pertama dari dua bersaudara. Terlahir kedunia dengan senyum sumringah dan disertai tangisan bocah lugu tanpa dosa serta disertai ribuan doa yang mengiringinya beserta harapan agar menjadi anak yang cerdas, sholehah, berbakti pada orang tua, agama dan Negara. Kedua orangtuanya telah memberikan sebuah nama yang indah yaitu, Shabrina Azmi Tiarani (menurut saya berarti mahkota kesabaran dalam meraih cita-cita, intinya sih ratu sabar hehehe).
Konon kata orang Yunani dulu (ini kata orang dulu, kebetulan saya orang baru jadi ga tahu orang dulu) tanggal 11 Desember bertipe sagitarius, begini katanya, Seorang yang memiliki perasaan ingin tahu yang besar. Dan mereka selalu merasa perlu untuk menganalisa apa yang pernah didengar atau dilihatnya. Beda dengan orang Mesir zaman dulu ternyata adalah sosok yang Setia, Penyanyang, Murah hati, agak pemalas. Tahu benar atau tidak beginilah penilaian orang dulu tentang karakternya. Percaya syukur ga percaya juga syukur, ini hanya sebagai pengetahuan karakter saja.
Untuk mengetahui siapa sebenarnya Shabrina Azmi Tiarani, saya akan bahas tuntas secara panjang kali lebar sama dengan keliling, lho…. (Woi ngawurnya jangan kebangetan, kasihan yang baca nanti).
Awalnya dimulai dari pertemuan tak terduga dengan shabrina ketika kelas 3A (ruang kelas 3A paling atas, jadi kalau naik tangga sudah pegel duluan kaki saya), waktu itu saya sebagai guru percobaan, istilah kerennya sih guru magang, kenapa saya harus magang, apa kata dunia persilatan!! (tuh kan masih ajah narsis, crita shabrina dulu deh, baru narsis). Pada saat itu yang saya tahu Shabrina bertubuh mungil, hanya itu yang saya tahu, soalnya hanya dikasih 1 kali pertemuan jadi cuma tahu sekedarnya saja. Paling tidak say hello dulu lah sama Shabrina. Wkwkwkwkw.
Semester berikutnya dia berada di kelas 4A, dan saya menjadi salah satu pengajar di kelasnya, bidang studi SKI. Saya tak mengetahui kalau kelas A itu adalah unggulan, makna unggulan ajah sudah salah, manusia koq diadu dengan nama unggulan, daripada bahas masalah unggulan mendingan bahas Shabrina. Dia berada di kelas A, otomatis dia termasuk siswa yang pintar. Ketika dalam pembelajaran, dia tidak begitu aktif, tapi dalam hasil pembelajaran SKI nilainya bisa dikatakan bagus, ups salah, yang bener lumayan (ntar kalau bagus kesenengan Shabrina wkwkwkwkw) soalnya masih mudah kalau susah Shabrina pasti galau hehehe. Selain itu Shabrina masih takut dalam mengutarakan ide atau pendapatnya, pokoknya masih belum terlihat ekspresinya, yang saya lihat dari tingkah lakunya seakan sekolah itu menyebalkan, padahal sekolah itu menyenangkan. Itu ketika satu bulan saya mengajar kelas 4A.
Setelah lebih dari satu bulan, saya mencoba membuat perbedaan dengan menyaksikan video atau film dalam setiap pengajaran. Saya mencoba menampilkan bahwa hidup harus penuh dengan tawa, tak perlu takut dalam mengekspresikan sesuatu. Terkadang pula saya membuat dia menangis dalam hal muhasabah, dari sini saya tahu bahwa anak ini mudah sekali tersentuh perasaannya. Dia mudah sekali tersentuh ketika saya bercerita tentang usaha orang tuanya untuk dia, dan memang Shabrina mempunyai kasih sayang yang lebih kepada orang tuanya maka air matanya tak mampu dibendung lagi, byur, mengalirlah air mata kasih sayangnya. Entah sudah berapa kali dia telah saya buat menangis.
Pada awalnya hanya jadi guru bidang studi sekarang jadi Walas kelas 4A (padahal enakan jadi guru bidang studi daripada walas hiks…hiks…hiks), whatzzzz walas kelas unggulan, mau ga mau harus siap saya rubah itu kelas. Masuk kelas 4A ketika perkenalan saya sebagai walas cukup unik (menurut saya, jadi kalau mau complain di kasih tetangga ajah), saya hanya bilang kelas ini tidak kreatif (masa kelas unggulan hiasannya cuman lipat origami jadi segitiga, anak TK juga bisa mas bro) setelah itu lalu saya bertanya, siapa yang mendapatkan ranking 1 – 10, siapa yang mendapatkan rangking satu dari kelas 1-4, terkejut luar biasa bahkan hampir pingsan, yang dapat rangking satu orangnya 4 L lo lagi lo lagi, ya namanya Rais. Masa dari 32 siswa ga ada yang mampu dapat rangking 1? Sedangkan rangking 2 hanya ditempati Shabrina? Akhirnya tanpa banyak pikir, langsung buat keputusan, saya mau yang rangking 1 di semester 2 nanti bukan Rais lagi. Mereka tertawa karena kurang yakin dengan dirinya, saya menulis sambil berucap tidak ada yang tak mungkin di dunia ini. Shabrina mungkin mulai PD dan yakin kalau dia mampu menjadi yang pertama, dan akhirnya terbukti, peringkat 1 dipegang oleh Shabrina. Perubahan pun sudah dimulai.
Ketika saya menjadi walas kelas 4A dulu sangat berkesan sekali, saya bisa merubah gaya belajar seseorang, membuat siswa kelas 4A dulu lebih berekspresi dan berimajinasi, disana seperti keluarga, berbagi cerita dan pendapat. Awalnya Shabrina tidak berani mengutarakan pendapatnya, kini sudah mulai berani, bahkan sudah mampu memberikan idea tau gagasan untuk jalan-jalan bersama anak-anak kelas 4A.
Shabrina pernah cerita kepada saya bahwa dia pengen sekali mendapat rangking 1 dan tampil di setiap haflah atau panggung kreasi seni pada akhir tahun. Shabrina ingin mendapatkan rangking 1 karena dia ga mau jadi yang kedua terus, akhirnya saya hanya bisa kasih mantra penyemangat, sim salabim, akhirnya satu mimpinya tercapai, selamat, perjuangan yang kamu usahakan akhirnya tercapai, ingat di dunia ini tidak ada yang tidak mungkin, percayalah. Setelah mendapat rangking satu maka Shabrina pun mulai di perhitungkan di Al Fidaa (sebelumnya Shabrina belum diperhitungkan karena hanya peringkat dua).
Tinggal yang kedua, ingin tampil pada saat haflah, karena ekspresi dan imajinasinya sudah mulai ada (awalnya berimajinasi ajah susah wkwkwkw), saya kasih peran Shabrina sebagai Srikandi, peran utama pada pertunjukannya ini menjadi kado istimewa yang selalu di impikannya. Karakter Srikandi hampir sama dengan Shabrina, cantik, berkeinginan kuat, cerdas nah bedanya kalau srikandi jago memanah sedangkan Shabrina jago chating, bahkan kalau online lebih rajin ketimbang belajar wkwkwkwkw.
Dalam berteman Shabrina tidak pilih kasih, tidak membedakan kaya – miskin, berteman adalah yang menyenangkan bagi dirinya, dan yang terdekat adalah Zakiyyah dan Annisa. Persahabatannya dijaga dengan baik oleh dirinya, sering mengalah yang penting persahabatan tidak rusak. Persahabatan bagai kempopong memang benar, tapi hanya beberapa bulan lagi semua temanya akan terpisah jauh dari dirinya. Semoga saja persahabatannya bisa terus terjaga dengan baik sampai nanti.
Untuk perpisahan sebagai walas saya coba mengajak jalan-jalan Shabrina dkk, dalam perjalanan Shabrina bisa tertawa lepas dan saya bisa melihat dari raut wajahnya yang seakan bebas tanpa beban, bisa bermain dengan sahabatnya didalam angkutan umum. Pengalaman sebagai tujuan paling utama ketika jalan-jalan, Shabrina baru pertama kali melakukan jalan-jalan bersama temannya, seakan mendapat kesempatan emas, maka tak akan disia-siakan olehnya. Emang dasarnya Shabrina hobi traveling, mau diajak jalan-jalan sama teman-temanya, pasti langsung setuju.
Keramahan Shabrina kepada temannya sangat luar biasa walaupun pada awal perkenalan sebagai teman masih agak pendiam dan terkadang malu, tapi giliran sudah akrab ketahuan deh koplaknya (mungkin koplaknya terinspirasi oleh walasnya wkwkwkw), karena keramahannya mendekatkan dirinya pada keberkahan, sehingga menjauhkan dirinya pada musibah.
Perpisahan sebagai walas pun sudah tiba, semua perasaan senang dan sedih bercampur menjadi satu, senang bisa melihat semua naik kelas 5 dan sedih kebersamaan yang sudah terbentuk harus dipaksa terpisah. Namanya kehidupan ada pertemuan pasti ada perpisahan, dan perpisahan saya cukup membahagiakan karena saya mampu mewujudkan mimpi salah satu seorang siswa yang berkeinginan untuk mendapatkan rangking satu dan tampil di acara haflah berhasil, tapi sebelum pengambilan rapot saya berhasil membuat surprise kalau nilainya jatuh dan mendapatkan rangking 5, dia menangis, dalam isak tangisnya ada perkataan yang terucap dari bibirnya yang lembut, “saya tidak bisa membuat orang tua saya bangga”. Dan ketika melihat rapotnya ternyata rangking satu, senyumnya semakin sumringah, sabtu, 2 juli 2011, seakan senyumnya mewarnai kelas 4A utuk terakhir kalinya.
Kelas 5 pun sudah dimulai, ada beberapa perubahan yang mengejutkan ketika awal masuk kelas 5, mungkin karena sindrom rangking satu, tingkah lakunya agak sedikit jumawa, masih belum membumi, pada saat Shabrina mendapat rangking satu, banyak guru yang mengaku bahwa dirinya yang membuatnya rangking satu, ketika suatu waktu Shabrina dalam keadaan dilemma, menangis dan butuh motivasi, seakan yang mengaku itu lenyap, hilang di telan bumi. Seakan tak peduli, cuek bahkan menyalahkan Shabrina melalui saya, mereka tidak berani bicara langsung pada Shabrina. Saya tidak terima ketika siswa terbaik saya dihujat, saya kembali menghujat mereka dengan kata-kata cetar membahana, yang membuat mereka mempunyai rasa tidak suka kepada saya hingga saat ini, karena saya terlalu membela siswa-siswa saya. Tak peduli ucapan mereka tentang saya, guru yang bodoh, guru yang kurang prestasi atau apalah prasangka negative, selama saya masih mengajar, saya akan membela siswa saya dan mengembalikannya ke jalurnya, bukan menyalahkannya. Hidup kanjeng Harie.
Ini pernah terjadi saat Shabrina mengalami sindrom pacaran, Shabrina mudah sekali menyukai seseorang dan dia tak tahu alasan sukanya karena apa, saat Shabrina diputuskan oleh yang disukainya, Shabrina menangis, seakan kecewa, teman terdekatnya mendatangi saya, bahwa Shabrina nangis dikelas. Tanpa pikir panjang, saya bawa Shabrina ke Lab Komputer, disana kita sharing, Shabrina menceritakan semuanya, lalu saya usap tangisannya, saya berucap, “ Kamu menangisi orang yang tidak pantas kamu tangisi!!”, setelah ucapan tersebut, saya menceritakan usaha orang tuanya, yang selalu memberikan terbaik untuk Shabrina, tapi tidak pernah di tangisi. Orang yang kamu tangisi tidak memberikan yang terbaik buat kamu, tidak mengenal kamu dengan sangat baik, ketika kamu susah apa dia akan membantumu. Semakin deras air matanya mengalir, saya kembali mengusap air matanya, berucap,” Berikan yang terbaik untuk orangtua-mu, berhenti menangis, karena wajah cantik kamu tidak pantas ada tangisan yang tak berguna, senyum dan ingat orang tuamu”. Setelah itu, Shabrina tak ada tangisan lagi, yang ada hanya letupan semangat untuk orang tuanya. Nah kalau kayak gini baru namanya Shabrina Azmi Tiarani.
Begitulah Shabrina, lebih senang menjatuhkan dirinya ketimbang memilih nasehat orang tuanya. Shabrina tak pernah berfikir panjang dalam melakukan sesuatu, ketika sesuatu itu menjadi masalah, malah saya yang harus segera menyelesaikannya, tepuk jidat. Selain itu, semangatnya kalau dalam meraih sesuatu tak bisa dibendung, misalkan dia ingin dapat rangking pertama maka merubah Shabrina belajarnya lebih intensif biar dapat yang ditargetkannya. Memang kalau ingin merubah harus dari niat, lalu semangat untuk berusaha lalu berdoa maka hasilnya menjadi luar biasa, rangking satu segera didapatnya.
Shabrina sangat menyukai novel, bayangkan saja buku novel dalam seminggu mampu dilahapnya sampai tuntas, kosentrasi membaca tak bias diganggu gugat, fokus dan tamat. Setelah tamat maka dia segera mencari novel lain lagi untuk dibacanya, segera ia pinjam ke saya. Karena dia suka baca tak segan diri saya untuk meminjaminya buku, mungkin suatu saat akan ada penulis novel yang bernama Shabrina Azmi Tiarani. Pernah disuruh menulis cerita, saya cob abaca dari tiap baris ke baris selanjutnya, pada awalnya ceritanya belum mengalir, tapi karena keterbiasaan menulis, tulisannya sudah sangat menarik, penulis KKPK mungkin bisa di lewatinya karena memang tulisannya unik.
Ide pun muncul dalam benak saya, kalau siswa saya bisa menulis cerita, kenapa tidak dibukukan saja?? Dari pertanyaan sederhana, saya langsung menyuruh seluruh siswa yang les di Kanjeng Diningrat School termasuk Shabrina harus mulai menulis, dari menggunakan bahasa Indonesia sampai menggunakan bahasa Inggris. Cerita pun dibuat dari tiap cerita kesehariannya, mungkin nanti judul bukunya adalah my world my stories. Dalam tulisan yang sederhana terdapat motivasi dan curahan hati mereka, termasuk Shabrina, dia menulis, akan memberikan yang terbaik kepada mamanya sebelum hembusan nafas yang terakhir. Membaca tulisannya tanpa sadar telah terhipnotis mengeluarkan air mata kasih sayang kepada ibunda tercinta (mana tisu…mana tisu).
Sengaja di dalam KDS alias Kanjeng Diningrat School harus membuat tulisan, karena dengan membuat tulisan dapat membuka ide-ide terbaru. Shabrina sangat senang mengikuti pembelajaran di KDS, semangatnya mampu ia tularkan kepada seluruh temannya di KDS, Zakiyyah, Nisa, Mimin dan Tita. Berimajinasi yang luas dan berekspresi tanpa batas, itu menjadi motto yang harus di bawa oleh Shabrina dkk. Beginilah seharusnya sekolah, memberikan masukan dan pendapat tanpa perlu ribuan aturan yang menyiksa. Dari sinilah mental semangat Shabrina dibentuk, saya mengajak Shabrina dkk untuk mengikuti lomba Olimpiade Matematika dan Lomba Science.
Tantangan terbesar dalam lomba ini, saingannya berasal dari sekolah terbaik di Jakarta, ada beberapa peserta yang memang sudah meraih juara lomba Olimpiade Matematika di asia maupun asia tenggara, berarti lawan yang dihadapi Shabrina dkk belum pernah mereka hadapi sebelumya. Dalam perlombaan Shabrina tidak di haruskan untuk meraih juara, yang diharapkan dari perlombaan tersebut adalah Shabrina dkk dapat pengalaman yang berharga, yang belum tentu siswa yang lain dapat mengikuti lomba seperti ini. Walaupun lawannya cukup berat, Shabrina tidak ciut mentalnya, yang penting dicoba dulu, masalah hasil itu urusan belakangan, mungkin pikirnya seperti itu.
Setelah itu, segera ia peroleh prestasi dari lomba Story Telling bahasa Inggris dan lomba TO, karena fokus maka prestasi segera menghampirinya. Semoga saja Shabrina dapat meraih prestasi yang jauh lebih baik lagi, intinya fokus dan dengarkan nasehat orang tua. Maka Allah akan selalu mempermudah jalanmu.
 
Segala yang telah kamu peroleh berasal dari perjuangan
Mereka tanpa lelah, dengan keringat yang membasahi
panas dan dingin dilalui kami agar dirimu mendapatkan prestasi
Dirimu tak mengetahui,
Ketika kami terluka, jatuh dan bangkit kembali
Hanya untuk Shabrina Azmi Tiarani
                       
Tapi,
Dirimu lebih memuji orang yang tidak engkau kenali
                        Dirimu pajang semua poster hingga memenuhi segala ruangan hati
                        Dirimu bela hingga setengah mati
                        Dirimu cari kabar dan hobinya, cek sana dan sini
Sedangkan kami,
Dirimu lupakan, Dirimu dustakan
Apakah orang yang engkau kenali, mengangkat dirimu?
Apakah mereka akan membelamu?         
Apakah ketika kamu jatuh mereka mengangkatmu?
Kenapa kamu lupakan kami?
                        Ingatkah dirimu,
                        Ketika kamu dibawah kami mengangkatmu
                        Ketika kamu sedih kami yang menghapus air matamu
                        Ketika kamu bersalah kami membelamu
                        Hebat bukan diri kami
Suatu saat nafas kami akan terhenti
Sebelum itu terjadi, kami akan terus membuatmu berprestasi
Dan kami akan terlupakan oleh dirimu di ruang pekat sepi
                                                            


8 komentar:

Anonim mengatakan...

jadi pengen tahu shabrina mas...
semangat 45 buat ukir prestasi patut ditiru :)

Anonim mengatakan...

jadi pengen tahu shabrina mas...
semangat terus nak, ukir prestasi !!!

Dini mengatakan...

anak yang menarik mas :D

Anonim mengatakan...

anak yang menarik...shabrina chayo !!!

silviana mengatakan...

siswanya hebat pak, rencana mau buat buku ya??saya tunggu bukunya pak

pak lik mengatakan...

sip pak guru...
lanjutkan !! saya tunggu karya terbarunya :D

stephani mengatakan...

amazing :D

Anonim mengatakan...

mantappp
lanjutkan nak. semoga berhasil

Terima Kasih sudah berkunjung ke punyahari.blogspot.com