Sebuah Impian
Seorang anak yang terlahir di
Sleman, 11 tahun yang lalu, tepatnya 11 Desember 2000, anak pertama dari dua
bersaudara. Terlahir kedunia dengan senyum sumringah dan disertai tangisan
bocah lugu tanpa dosa serta disertai ribuan doa yang mengiringinya beserta
harapan agar menjadi anak yang cerdas, sholehah, berbakti pada orang tua, agama
dan Negara. Kedua orangtuanya telah memberikan sebuah nama yang indah yaitu,
Shabrina Azmi Tiarani (menurut saya berarti mahkota kesabaran dalam meraih
cita-cita, intinya sih ratu sabar hehehe).
Konon kata orang Yunani dulu (ini
kata orang dulu, kebetulan saya orang baru jadi ga tahu orang dulu) tanggal 11
Desember bertipe sagitarius, begini katanya, Seorang yang memiliki perasaan
ingin tahu yang besar. Dan mereka selalu merasa perlu untuk menganalisa apa
yang pernah didengar atau dilihatnya. Beda dengan orang Mesir zaman dulu
ternyata adalah sosok yang Setia,
Penyanyang, Murah hati, agak pemalas. Tahu
benar atau tidak beginilah penilaian orang dulu tentang karakternya. Percaya
syukur ga percaya juga syukur, ini hanya sebagai pengetahuan karakter saja.
Untuk mengetahui siapa sebenarnya Shabrina Azmi
Tiarani, saya akan bahas tuntas secara panjang kali lebar sama dengan keliling,
lho…. (Woi ngawurnya jangan kebangetan, kasihan yang baca nanti).
Awalnya dimulai dari pertemuan tak terduga dengan
shabrina ketika kelas 3A (ruang kelas 3A paling atas, jadi kalau naik tangga
sudah pegel duluan kaki saya), waktu itu saya sebagai guru percobaan, istilah
kerennya sih guru magang, kenapa saya harus magang, apa kata dunia persilatan!!
(tuh kan masih ajah narsis, crita shabrina dulu deh, baru narsis). Pada saat
itu yang saya tahu Shabrina bertubuh mungil, hanya itu yang saya tahu, soalnya
hanya dikasih 1 kali pertemuan jadi cuma tahu sekedarnya saja. Paling tidak say
hello dulu lah sama Shabrina. Wkwkwkwkw.
Semester berikutnya dia berada di kelas 4A, dan saya
menjadi salah satu pengajar di kelasnya, bidang studi SKI. Saya tak mengetahui
kalau kelas A itu adalah unggulan, makna unggulan ajah sudah salah, manusia koq
diadu dengan nama unggulan, daripada bahas masalah unggulan mendingan bahas
Shabrina. Dia berada di kelas A, otomatis dia termasuk siswa yang pintar.
Ketika dalam pembelajaran, dia tidak begitu aktif, tapi dalam hasil
pembelajaran SKI nilainya bisa dikatakan bagus, ups salah, yang bener lumayan
(ntar kalau bagus kesenengan Shabrina wkwkwkwkw) soalnya masih mudah kalau
susah Shabrina pasti galau hehehe. Selain itu Shabrina masih takut dalam
mengutarakan ide atau pendapatnya, pokoknya masih belum terlihat ekspresinya,
yang saya lihat dari tingkah lakunya seakan sekolah itu menyebalkan, padahal
sekolah itu menyenangkan. Itu ketika satu bulan saya mengajar kelas 4A.
Setelah lebih dari satu bulan, saya mencoba membuat
perbedaan dengan menyaksikan video atau film dalam setiap pengajaran. Saya
mencoba menampilkan bahwa hidup harus penuh dengan tawa, tak perlu takut dalam
mengekspresikan sesuatu. Terkadang pula saya membuat dia menangis dalam hal
muhasabah, dari sini saya tahu bahwa anak ini mudah sekali tersentuh
perasaannya. Dia mudah sekali tersentuh ketika saya bercerita tentang usaha
orang tuanya untuk dia, dan memang Shabrina mempunyai kasih sayang yang lebih
kepada orang tuanya maka air matanya tak mampu dibendung lagi, byur,
mengalirlah air mata kasih sayangnya. Entah sudah berapa kali dia telah saya buat
menangis.
Pada awalnya hanya jadi guru bidang studi sekarang
jadi Walas kelas 4A (padahal enakan jadi guru bidang studi daripada walas
hiks…hiks…hiks), whatzzzz walas kelas unggulan, mau ga mau harus siap saya
rubah itu kelas. Masuk kelas 4A ketika perkenalan saya sebagai walas cukup unik
(menurut saya, jadi kalau mau complain di kasih tetangga ajah), saya hanya
bilang kelas ini tidak kreatif (masa kelas unggulan hiasannya cuman lipat
origami jadi segitiga, anak TK juga bisa mas bro) setelah itu lalu saya bertanya,
siapa yang mendapatkan ranking 1 – 10, siapa yang mendapatkan rangking satu
dari kelas 1-4, terkejut luar biasa bahkan hampir pingsan, yang dapat rangking
satu orangnya 4 L lo lagi lo lagi, ya namanya Rais. Masa dari 32 siswa ga ada
yang mampu dapat rangking 1? Sedangkan rangking 2 hanya ditempati Shabrina?
Akhirnya tanpa banyak pikir, langsung buat keputusan, saya mau yang rangking 1 di
semester 2 nanti bukan Rais lagi. Mereka tertawa karena kurang yakin dengan
dirinya, saya menulis sambil berucap tidak
ada yang tak mungkin di dunia ini. Shabrina mungkin mulai PD dan yakin
kalau dia mampu menjadi yang pertama, dan akhirnya terbukti, peringkat 1
dipegang oleh Shabrina. Perubahan pun sudah dimulai.
Ketika saya menjadi walas kelas
4A dulu sangat berkesan sekali, saya bisa merubah gaya belajar seseorang,
membuat siswa kelas 4A dulu lebih berekspresi dan berimajinasi, disana seperti
keluarga, berbagi cerita dan pendapat. Awalnya Shabrina tidak berani mengutarakan
pendapatnya, kini sudah mulai berani, bahkan sudah mampu memberikan idea tau
gagasan untuk jalan-jalan bersama anak-anak kelas 4A.
Shabrina pernah cerita kepada
saya bahwa dia pengen sekali mendapat rangking 1 dan tampil di setiap haflah
atau panggung kreasi seni pada akhir tahun. Shabrina ingin mendapatkan rangking
1 karena dia ga mau jadi yang kedua terus, akhirnya saya hanya bisa kasih
mantra penyemangat, sim salabim, akhirnya satu mimpinya tercapai, selamat,
perjuangan yang kamu usahakan akhirnya tercapai, ingat di dunia ini tidak ada
yang tidak mungkin, percayalah. Setelah mendapat rangking satu maka Shabrina
pun mulai di perhitungkan di Al Fidaa (sebelumnya Shabrina belum diperhitungkan
karena hanya peringkat dua).
Tinggal yang kedua, ingin tampil
pada saat haflah, karena ekspresi dan imajinasinya sudah mulai ada (awalnya
berimajinasi ajah susah wkwkwkw), saya kasih peran Shabrina sebagai Srikandi,
peran utama pada pertunjukannya ini menjadi kado istimewa yang selalu di
impikannya. Karakter Srikandi hampir sama dengan Shabrina, cantik, berkeinginan
kuat, cerdas nah bedanya kalau srikandi jago memanah sedangkan Shabrina jago
chating, bahkan kalau online lebih rajin ketimbang belajar wkwkwkwkw.
Dalam berteman Shabrina tidak
pilih kasih, tidak membedakan kaya – miskin, berteman adalah yang menyenangkan
bagi dirinya, dan yang terdekat adalah Zakiyyah dan Annisa. Persahabatannya
dijaga dengan baik oleh dirinya, sering mengalah yang penting persahabatan
tidak rusak. Persahabatan bagai kempopong memang benar, tapi hanya beberapa
bulan lagi semua temanya akan terpisah jauh dari dirinya. Semoga saja
persahabatannya bisa terus terjaga dengan baik sampai nanti.
Untuk perpisahan sebagai walas saya
coba mengajak jalan-jalan Shabrina dkk, dalam perjalanan Shabrina bisa tertawa
lepas dan saya bisa melihat dari raut wajahnya yang seakan bebas tanpa beban,
bisa bermain dengan sahabatnya didalam angkutan umum. Pengalaman sebagai tujuan
paling utama ketika jalan-jalan, Shabrina baru pertama kali melakukan jalan-jalan
bersama temannya, seakan mendapat kesempatan emas, maka tak akan disia-siakan
olehnya. Emang dasarnya Shabrina hobi traveling, mau diajak jalan-jalan sama
teman-temanya, pasti langsung setuju.
Keramahan Shabrina kepada
temannya sangat luar biasa walaupun pada awal perkenalan sebagai teman masih
agak pendiam dan terkadang malu, tapi giliran sudah akrab ketahuan deh
koplaknya (mungkin koplaknya terinspirasi oleh walasnya wkwkwkw), karena keramahannya
mendekatkan dirinya pada keberkahan, sehingga menjauhkan dirinya pada musibah.
Perpisahan sebagai walas pun
sudah tiba, semua perasaan senang dan sedih bercampur menjadi satu, senang bisa
melihat semua naik kelas 5 dan sedih kebersamaan yang sudah terbentuk harus
dipaksa terpisah. Namanya kehidupan ada pertemuan pasti ada perpisahan, dan
perpisahan saya cukup membahagiakan karena saya mampu mewujudkan mimpi salah
satu seorang siswa yang berkeinginan untuk mendapatkan rangking satu dan tampil
di acara haflah berhasil, tapi sebelum pengambilan rapot saya berhasil membuat
surprise kalau nilainya jatuh dan mendapatkan rangking 5, dia menangis, dalam
isak tangisnya ada perkataan yang terucap dari bibirnya yang lembut, “saya
tidak bisa membuat orang tua saya bangga”. Dan ketika melihat rapotnya ternyata
rangking satu, senyumnya semakin sumringah, sabtu, 2 juli 2011, seakan
senyumnya mewarnai kelas 4A utuk terakhir kalinya.
Kelas 5 pun sudah dimulai, ada
beberapa perubahan yang mengejutkan ketika awal masuk kelas 5, mungkin karena
sindrom rangking satu, tingkah lakunya agak sedikit jumawa, masih belum
membumi, pada saat Shabrina mendapat rangking satu, banyak guru yang mengaku
bahwa dirinya yang membuatnya rangking satu, ketika suatu waktu Shabrina dalam
keadaan dilemma, menangis dan butuh motivasi, seakan yang mengaku itu lenyap,
hilang di telan bumi. Seakan tak peduli, cuek bahkan menyalahkan Shabrina
melalui saya, mereka tidak berani bicara langsung pada Shabrina. Saya tidak
terima ketika siswa terbaik saya dihujat, saya kembali menghujat mereka dengan
kata-kata cetar membahana, yang membuat mereka mempunyai rasa tidak suka kepada
saya hingga saat ini, karena saya terlalu membela siswa-siswa saya. Tak peduli
ucapan mereka tentang saya, guru yang bodoh, guru yang kurang prestasi atau
apalah prasangka negative, selama saya masih mengajar, saya akan membela siswa
saya dan mengembalikannya ke jalurnya, bukan menyalahkannya. Hidup kanjeng
Harie.
Ini pernah terjadi saat Shabrina
mengalami sindrom pacaran, Shabrina mudah sekali menyukai seseorang dan dia tak
tahu alasan sukanya karena apa, saat Shabrina diputuskan oleh yang disukainya,
Shabrina menangis, seakan kecewa, teman terdekatnya mendatangi saya, bahwa
Shabrina nangis dikelas. Tanpa pikir panjang, saya bawa Shabrina ke Lab
Komputer, disana kita sharing, Shabrina menceritakan semuanya, lalu saya usap
tangisannya, saya berucap, “ Kamu menangisi orang yang tidak pantas kamu
tangisi!!”, setelah ucapan tersebut, saya menceritakan usaha orang tuanya, yang
selalu memberikan terbaik untuk Shabrina, tapi tidak pernah di tangisi. Orang
yang kamu tangisi tidak memberikan yang terbaik buat kamu, tidak mengenal kamu
dengan sangat baik, ketika kamu susah apa dia akan membantumu. Semakin deras
air matanya mengalir, saya kembali mengusap air matanya, berucap,” Berikan yang
terbaik untuk orangtua-mu, berhenti menangis, karena wajah cantik kamu tidak
pantas ada tangisan yang tak berguna, senyum dan ingat orang tuamu”. Setelah
itu, Shabrina tak ada tangisan lagi, yang ada hanya letupan semangat untuk
orang tuanya. Nah kalau kayak gini baru namanya Shabrina Azmi Tiarani.
Begitulah Shabrina, lebih senang
menjatuhkan dirinya ketimbang memilih nasehat orang tuanya. Shabrina tak pernah
berfikir panjang dalam melakukan sesuatu, ketika sesuatu itu menjadi masalah,
malah saya yang harus segera menyelesaikannya, tepuk jidat. Selain itu,
semangatnya kalau dalam meraih sesuatu tak bisa dibendung, misalkan dia ingin
dapat rangking pertama maka merubah Shabrina belajarnya lebih intensif biar
dapat yang ditargetkannya. Memang kalau ingin merubah harus dari niat, lalu
semangat untuk berusaha lalu berdoa maka hasilnya menjadi luar biasa, rangking
satu segera didapatnya.
Shabrina sangat menyukai novel,
bayangkan saja buku novel dalam seminggu mampu dilahapnya sampai tuntas,
kosentrasi membaca tak bias diganggu gugat, fokus dan tamat. Setelah tamat maka
dia segera mencari novel lain lagi untuk dibacanya, segera ia pinjam ke saya.
Karena dia suka baca tak segan diri saya untuk meminjaminya buku, mungkin suatu
saat akan ada penulis novel yang bernama Shabrina Azmi Tiarani. Pernah disuruh
menulis cerita, saya cob abaca dari tiap baris ke baris selanjutnya, pada
awalnya ceritanya belum mengalir, tapi karena keterbiasaan menulis, tulisannya
sudah sangat menarik, penulis KKPK mungkin bisa di lewatinya karena memang
tulisannya unik.
Ide pun muncul dalam benak saya,
kalau siswa saya bisa menulis cerita, kenapa tidak dibukukan saja?? Dari
pertanyaan sederhana, saya langsung menyuruh seluruh siswa yang les di Kanjeng
Diningrat School termasuk Shabrina harus mulai menulis, dari menggunakan bahasa
Indonesia sampai menggunakan bahasa Inggris. Cerita pun dibuat dari tiap cerita
kesehariannya, mungkin nanti judul bukunya adalah my world my stories. Dalam
tulisan yang sederhana terdapat motivasi dan curahan hati mereka, termasuk
Shabrina, dia menulis, akan memberikan yang terbaik kepada mamanya sebelum
hembusan nafas yang terakhir. Membaca tulisannya tanpa sadar telah terhipnotis
mengeluarkan air mata kasih sayang kepada ibunda tercinta (mana tisu…mana
tisu).
Sengaja di dalam KDS alias
Kanjeng Diningrat School harus membuat tulisan, karena dengan membuat tulisan
dapat membuka ide-ide terbaru. Shabrina sangat senang mengikuti pembelajaran di
KDS, semangatnya mampu ia tularkan kepada seluruh temannya di KDS, Zakiyyah,
Nisa, Mimin dan Tita. Berimajinasi yang luas dan berekspresi tanpa batas, itu
menjadi motto yang harus di bawa oleh Shabrina dkk. Beginilah seharusnya
sekolah, memberikan masukan dan pendapat tanpa perlu ribuan aturan yang
menyiksa. Dari sinilah mental semangat Shabrina dibentuk, saya mengajak
Shabrina dkk untuk mengikuti lomba Olimpiade Matematika dan Lomba Science.
Tantangan terbesar dalam lomba
ini, saingannya berasal dari sekolah terbaik di Jakarta, ada beberapa peserta yang
memang sudah meraih juara lomba Olimpiade Matematika di asia maupun asia
tenggara, berarti lawan yang dihadapi Shabrina dkk belum pernah mereka hadapi
sebelumya. Dalam perlombaan Shabrina tidak di haruskan untuk meraih juara, yang
diharapkan dari perlombaan tersebut adalah Shabrina dkk dapat pengalaman yang
berharga, yang belum tentu siswa yang lain dapat mengikuti lomba seperti ini.
Walaupun lawannya cukup berat, Shabrina tidak ciut mentalnya, yang penting
dicoba dulu, masalah hasil itu urusan belakangan, mungkin pikirnya seperti itu.
Setelah itu, segera ia peroleh
prestasi dari lomba Story Telling
bahasa Inggris dan lomba TO, karena fokus maka prestasi segera menghampirinya. Semoga
saja Shabrina dapat meraih prestasi yang jauh lebih baik lagi, intinya fokus
dan dengarkan nasehat orang tua. Maka Allah akan selalu mempermudah jalanmu.
Segala yang telah kamu peroleh berasal dari perjuangan
Mereka tanpa lelah, dengan keringat yang membasahi
panas dan dingin dilalui kami agar dirimu mendapatkan
prestasi
Dirimu tak mengetahui,
Ketika kami terluka, jatuh dan bangkit kembali
Hanya untuk Shabrina Azmi Tiarani
Tapi,
Dirimu lebih
memuji orang yang tidak engkau kenali
Dirimu
pajang semua poster hingga memenuhi segala ruangan hati
Dirimu
bela hingga setengah mati
Dirimu
cari kabar dan hobinya, cek sana dan sini
Sedangkan kami,
Dirimu lupakan, Dirimu dustakan
Apakah orang yang engkau kenali, mengangkat dirimu?
Apakah mereka akan membelamu?
Apakah ketika kamu jatuh mereka mengangkatmu?
Kenapa kamu lupakan kami?
Ingatkah
dirimu,
Ketika kamu dibawah kami
mengangkatmu
Ketika
kamu sedih kami yang menghapus air matamu
Ketika
kamu bersalah kami membelamu
Hebat
bukan diri kami
Suatu saat nafas kami akan terhenti
Sebelum itu terjadi, kami akan terus membuatmu berprestasi
Dan kami akan terlupakan oleh dirimu di ruang pekat sepi
8 komentar:
jadi pengen tahu shabrina mas...
semangat 45 buat ukir prestasi patut ditiru :)
jadi pengen tahu shabrina mas...
semangat terus nak, ukir prestasi !!!
anak yang menarik mas :D
anak yang menarik...shabrina chayo !!!
siswanya hebat pak, rencana mau buat buku ya??saya tunggu bukunya pak
sip pak guru...
lanjutkan !! saya tunggu karya terbarunya :D
amazing :D
mantappp
lanjutkan nak. semoga berhasil
Posting Komentar