Welcome to punyahari.blogspot.com...selamat datang di punyahari.blogspot.com

Sabtu, April 27, 2013

Mereka Bilang Aku Kafir


Mereka Bilang Aku Kafir

Akeh wong apal.. qur’an hadist e… seneng ngafirke marang liyane..
Kafire dewe.. gak di gathekke.. yen iseh kotor ati.. akale…
Sebuah sajak tanpo waton yang konon di dendangkan oleh almarhum Kyai Haji Abdurrahman Wahid (Gus Dur). Adalah merupakan potret yang ada dalam realitas sosial saat ini. Banyak orang yang ngaku-ngaku paham tentang wahyu Tuhan dan sunnah Nabi itu, lalu, halal apabila mengklaim kafir terhadap kelompok/golongan tertentu yang tidak sepaham dengan dirinya.
Memang, fenomena kafir-mengkafirkan antar umat islam satu dengan lainnya telah banyak kita jumpai. Dengan mudahnya, bibir berucap: kowe kafir kon, bolone Thogut (kamu orang kafir, temannya Thogut).
Apabila tidak mengikuti aliran atau ajaran si “A”, lalu di tuduh sebagai orang yang kafir. Dan bahkan,. Lebih fatalnya lagi jika darahnya juga halal. Dan. Itu pun tidak peduli siapapun itu orangnya, bahkan ibu kandungnya sendiri pun, jika menyeleweng dari ajaran yang ia anut, tidak sepaham, maka menjadi halal darahnya, karena sudah dianggap kafir !
Dengan adanya fenomena seperti diatas, redaksi menjadi risih dan tergelitik untuk mengangkat tema “kafir” untuk pembaca. Tidak hanya itu, bila membincang masalah kafir, sebenarnya sematan kata kafir sendiri mengandung muatan politis. Yakni berawal dari kemunculan bermacam-macam golongan, seperti: Ahlussunnah, Khawarij, dan Mu’tazilah. Buku-buku sejarah telah banyak mengulas dan mengekspos kejadian-kejadian itu, bahwasannya istilah kafir mengandung nuansa politis.
Yakni berawal dari jargon Khawarij yang terkenal dengan “la hukma illa lillah” (tidak ada hukum selain hukum Allah). Karena itu, sekte ini mengkafirkan Ali dan Mu’awiyah, yang mana mereka anggap tidak mau berhukum dengan Alquran ketika mereka berperang di Shifin. Disamping itu juga, menyoal kajian teologi islam—yang menyangkut masalah iman dan kafir—dari ketiga golongan diatas telah mengurai dengan detail dan berbeda pendapat mengenai masalah ini. Hal yang demikian mengingatkan kita bahwa klaim kafir sangat lah kental bernuansakan politis.
Dan bila ditelisik lebih dalam, kafir sendiri tidaklah menjanjikan neraka, Karena yang menjanjikan neraka itu adalah murtad, musyrik, dan munafik. Urusan syahadat dan pembaptisan, itu juga sangkut pautnya mengenai masalah murtad dan musyrik, bukanlah kafir.
Dalam gramatikal bahasa (lughoh), makna kafir (baca: kufr) mempunyai arti “menutupi”. Malam, disebut “kafir”, karena ia menutupi siang atau menutupi benda-benda dengan kegelapannya.
Dan, menurut Prof. Toshihiko Izutsu, didalam bukunya Ethico Religious Concepts in The Qur’an (1966) digambarkan bahwa, kafir yang bermakna “tertutup” itu urusannya adalah masalah etika dalam islam, yakni orang yang hatinya tertutup terhadap masalah sosial. Mata hatinya menutup diri dalam menyikapi realitas sosial masyarakat.
Disini ada sebuah pemahaman, bahwa hakikat makna kafir lebih mengarah kepada ‘tipologi sosial’. Bukan urusan Tuhan. Seseorang yang bodoh, tidak mau mikir, menutup pemikiran, menutup pintu ijtihad, itulah yang sebenarnya kafir.
Koruptor, yang menutup dirinya kepada kondisi sosial masyarakat, dan ingin memperkaya diri sendiri, itulah golongan yang paling kafir. Karena menyebabkan kerugian negara dan masyarakat. Bahkan, dia mempunyai dosa sosial yang sangat besar.
Dajjal di tahun 2012 dan tahun-tahun yang akan datang sebenarnya adalah menyangkut masalah: kemiskinan, kebodohan, anarkisme, dan korupsi (yang menjadi common enemy). Dengan demikian, tugas dari orang yang beriman, seharusnya memberantas itu semua, jangan hanya pintar melabel-i: haram, halal, sesat, atau kafir.
Dengan demikian, jangan-jangan anda sendiri masih mendapatkan “cap kafir”, walaupun di KTP-nya bertuliskan agama; Islam. Demikian.

0 komentar:

Terima Kasih sudah berkunjung ke punyahari.blogspot.com