Welcome to punyahari.blogspot.com...selamat datang di punyahari.blogspot.com

Senin, Agustus 15, 2011

Psikologi anak


Anak dan Orang Tua
Seorang anak tentu kadang kala berbuat sesuatu yang tidak sesuai dengan pandangan orang tuanya. Bilamana perbuatannya ini sering dilakukan, maka anak tersebut dikatakan sebagai anak nakal.
Sebagai seorang anak kecil yang alam pikirannya masih sangat sederhana, tentunya sering mendapatkan teguran dari orang tuanya. Terlebih-lebih seorang anak yang nakal tentu akan mendapatkan hukuman yang lebih berat.
Semua orang tumbuh dari bayi, lalu menjadi anak kecil, dan hingga sekarang. Sewaktu sebagai seorang anak kecil yang mempunyai orang-tua, tentu pernah mengalami dihukum oleh orang-tua, pengasuh, atau guru. Walaupun kadang kala bagi anak kecil tersebut merasa bahwa perbuatannya tidak salah, tetapi mengapa orang-tuanya melarangnya bahkan menghukumnya. Si anak kecil ingin berontak, tetapi apa daya karena takut dihukum lebih berat lagi.
Sungguh suatu keadaan yang ironis, bagi diri anak kecil ini. Dirinya merasa akan mendapatkan kesenangan dengan melakukan perbuatannya, tetapi akhirnya hukuman menyakitkan yang didapatnya.
Dirinya hanya harus menerima mentah-mentah nasehat orang tua bahwa dirinya dihukum demi kebaikannya sendiri, tetapi sebenarnya dirinya tidak tahu apa maksud kebaikan bagi dirinya. Yang diketahui bahwa orang-tuanya hanya melarang untuk melakukan lagi perbuatan yang menyenangkan itu. Inilah suatu proses belajar dan mengajar yang umum berlangsung sejak lampau hingga sekarang.
Sebagai seorang anak kecil yang sering merasakan sakitnya hukuman dari orang-tua, walaupun kadang kala pada awalnya masih merasa bingung karena tidak memahami apa sebabnya dilarang. Akhirnya hanya dapat menangis menahan sakitnya hukuman.
Rasa bingung, benci, kesal, dan takut bercampur aduk dipikirannya. Dirinya merasa ketidak adilan sebagai anak kecil yang tidak dapat melakukan apa yang disukainya, sedangkan orang tua dapat melakukan apa saja tanpa ada yang menghukumnya.
Memahami alam pikiran anak kecil yang masih polos dan sederhana, walaupun mereka kadang kala tidak mengetahui akibat dari perbuatannya karena ketidak-tahuannya. Harus kita akui bahwa mereka mencari kebahagiaan dan kesenangan terbaik sebatas jangkauan alam pikirannya, tetapi apa yang terbaik bagi menurut pandangan mereka bukanlah yang terbaik bagi orang tua. Orang tua mempunyai pengalaman dan pengetahuan yang lebih luas, sehingga mereka mengetahui kekeliruan pandangan dari para anak kecil.
Demikian pula para mahluk yang melakukan perbuatannya untuk mencari kebahagiaan dan kesenangan sesuai alam pikirannya masing-masing. Para orang dewasa berpikir bahwa perbuatan dan perkataannya adalah terbaik baginya, tetapi sadarkah mereka bahwa yang baik bagi mereka belum tentu yang terbaik menurut menurut Yang Maha Kuasa. Sadarkah para orang dewasa, jangan-jangan kita berkelakuan seperti anak kecil dimata para mahluk suci lainnya. Atau bahkan sebagai anak nakal, dimata Yang Maha Kuasa.
Sadarkah para orang tua bahwa ada suatu berkah yang sangat luar biasa bagi seluruh orang tua, pengasuh, dan guru. Dimana seorang anak kecil, walaupun kerap kali mendapat hukuman. Anak kecil itu dapat melupakannya.
Bayangkan bilamana setiap orang masih mengingat segala hukuman yang diterimanya sewaktu kecil. Bila mereka tidak melupakannya, tentu semua orang akan ingat berapa banyak ayah, ibu, pengasuh, dan guru mereka telah menghukum mereka. Sangat sedikit sekali kejadian yang dapat diingatnya dan tersimpan dihatinya, bila tidak tentu semua orang akan dendam terhadap orang tua, pengasuh, dan guru mereka.
Bersyukurlah para orang tua bahwa anak-anak tidak dipengaruhi oleh ikatan pikiran yang kuat, sehingga segalanya dapat diterima dan terlupakan.Bila anak menghukium orang tua walau hanya sekali saja, berapa lama pikiran ini mengikutinya ?
"Orang tua memarahi anaknya beratus-ratus kali, tetapi tidak ada pikiran yang membekas. Anak memarahi orang tua sekali saja, tetapi berjuta-juta goresan terpahat dalam pikirannya."
Yang Maha Kuasa tidak akan menghukum anaknya yang paling nakal sekalipun. Tetapi dengan maha pengasih yang luar biasa, Yang Maha Kuasa selalu mengirim para pembimbing kebenaran sepanjang masa. Para membimbing kebenaran sebagai penuntun bagi manusia agar sadar bahwa kebahagiaan yang mereka cari selama ini bukanlah kebahagiaan sejati, mereka hanya mengejar kebahagiaan semu dan tidak abadi yang tidak dapat menolong diakhir hidupnya.
Manusia kerap kali mengingkari Yang Maha Kuasa, tetapi sungguh suatu berkah bagi para mahluk bahwa Yang Maha Penciptaa selalu melimpahkan cinta kasih yang tanpa batas kepada manusia tiada hentinya.
Lihatlah bukankan setiap saat matahari tetap bersinar menerangi dunia. Inilah bukti yang sangat sederhana tetapi sangat disayangkan manusia tidak lagi memahami kebenarannya. Jangankan bersyukur atas berkah Yang Maha Kuasa menciptakan terang, berterima kasihpun tidak terpikir. Manusia lebih cenderung menganggap bahwa sudah menjadi tugas alamiah matahari untuk menerangi dunia.

Psikologi Anak
Penelitian tentang anak pada mulanya dipusatkan pada bidang spesifik perilaku anak, misalnya bicara, emosi atau minat bermain, dan kegiatan. Nama yang diberikan untuk cabang penelitian psikologi yang baru ini adalah psikologi anak. Psikologi anak menunjukkan perhatian yang dipusatkan pada fenomena psikologis dari usia prasekolah dan usia sekolah anak.
Kemudian, diketahui bahwa mempelajari berbagai bidang perilaku anak pada berbagai tahapan usia tidaklah cukup. Hal ini tidak akan menambahkan pemahaman kita mengenai bagaimana pembahasan karakteristik perilaku sejalan dengan pertumbuhan anak dan apa saja yang menyebabkan perubahan itu.
Hingga kemudian “psikologi anak” berubah dan berkembang menjadi “perkembangan anak”, hal ini untuk menekankan bahwa pusat perhatian sekarang diarahkan pada pola perkembangan anak dari pada aspek perkembangan tertentu.
A.  Psikologi Perkembangan
Untuk membantu dalam memahami pengertian psikologi perkembangan ada baiknya terlebih dahulu di kemukakan pengertian dari psikologi dan perkembangan secara terpisah.
Psikologi
Menurut kamus istilah Psikologi ada tiga pengertian secara sederhana yakni,
Pertama, Psikologi adalah suatu pembelajaran tentang jiwa (psyhe)
Kedua, Psikologi adalah ilmu pengetahuan tentang kehidupan mental seperti pikiran, perhatian, persepsi, intelegensi, kemauan dan ingatan.
Ketiga, Psikologi adalah ilmu pengetahuan tentang prilaku organisme, seperti prilaku kucing terhadap tikus atau prilaku manusia terhadap sesamanya.
Menurut Feldman psikologi di artikaan sebagai pengetahuan tentang proses prilaku dan mental. Sedangkan menurut Woodworth psikologi dapat di artikan dengan kegiatan manusia dengan sesamanya.
Beberapa pengertian di atas, dapat disimpulkan bahwa psikologi adalah suatu ilmu tentang tingkah laku manusia dalam hubungannya dengan lingkungannya.
Perkembangan
 Perkembangan anak berbeda dengan psikologi anak karena empat hal, yaitu:
Pertama, psikologi anak lebih menitikberatkan pada hasil perkembangan sedangkan perkembangan anak mengenai proses dari hal tersebut. Misalnya, meskipun keduanya mempelajari masalah berbicara, dalam psikologi anak penekanannya lebih pada perbendaharaan kata anak dan apa yan dikatakannya. Sedangkan perkembangan anak penekanannya adalah pada bagaimana seorang anak belajar berbicara, dan kondisi yang menyebabkan variasi dalam pola berbicara.
Kedua, perkembangan anak lebih menekankan peran lingkungan dan pengalaman ketimbang psikologi anak. Tentu saja hal ini tidak berarti bahwa psikologi anak mengabaikan peran lingkungan dan pengalaman, tetapi penekanan hal tersebut lebih kurang dari pada yang dilakukan para ahli psikologi perkembangan.
Ketiga, psikologi anak mempunyai satu tujuan utama yaitu mempelajari bidang perilaku anak yang berbeda, sedangkan perkembangan anak mempunyai enam tujuan yaitu menemukan apa saja karakteristik perubahan usia dalam penampilan, perilaku, minat, dan tujuan dari suatu periode perkembangan ke periode yang lain. Untuk menemukan kapan perubahan ini terjadi. Untuk menemukan dalam kondisi apa saja terjadinya perubahan ini. Untuk menemukan bagaimana perubahan ini mempengaruhi perilaku anak. Untuk menemkan perubahan ini dapat diramalkan atau tidak. Dan yang terakhir untuk menemukan apakah perubahan ini sifatnya individu atau sama bagi semua anak.
Keempat, sebagai ganti penekanan pada usia prasekolah dan usia sekolah anak anak, yang dilakukan pada penelitian awal dari para psikolog anak, para psikolog perkembangan anak telah memperluas bidang studinya ke dua arah, dari bayi yang baru lahir hingga anak usia puber. Karena laporan penelitian kedokteran telah menekankan pengaruh lingkungan pralahir yang menetap pada seorang anak, perkembangan anak sekarang mundur sampai ke saat konsepsi.
Pergeseran dalam minat dan tujuan ini berarti bahwa dibutuhkan jauh lebih banyak lagi penelitian. Psikologi perkembangan anak merupakan lapangan yang jauh lebih luas dibandingkan dengan psikologi anak, sehingga terjadi perkembangan kajian yang lebih komprehensif dan kompleks dalam hal kajian anak.

Perkembangan Psikologi Anak Dalam Kehidupan Sosial
Perbedaan fase perkembangan status sosial di dunia anak-anak dalam persahabatan dan mendapatkan kawan bermain di lingkungan sekolah dan di luar lingkungan sekolah, berbeda dengan pengertian persahabatan yang terjadi pada orang dewasa, untuk orang dewasa persahabatan adalah suatu ikatan relasi dengan orang lain, di mana kepercayaan, pengertian, pengorbanan dan saling membantu satu sama lainnya akan terjalin dalam periode yang lama, sedangkan di dunia anak-anak tidak seperti halnya yang terjadi pada orang dewasa, di dunia anak-anak persahabatan terjalin tidak untuk waktu yang lama, terkadang bila terjadi masalah yang kecil saja, jalinan persahabatan tersebut akan terputus.
 Ada dua metode penelitian untuk mengetahui arti persahabatan dan kawan bermain di dalam dunia anak-anak :
1. Dengan cara kita mengajukan beberapa pertanyaan, seperti ;
Siapa teman dekatmu ? kenapa dia ? apa yang kamu senangi dari dia ?
2. Dengan cara kita bercerita tentang persahabatan, kemudian kedua orang sahabat tersebut bertengkar karena mereka tidak dapat menyelesaikan masalahnya dengan baik.
Dari kedua metode tersebut, metode yang nomor dua kita akan banyak mendapatkan informasi, kemudian kita ajukan pertanyaan kepada anak ; Harus bagaimanakah situasi itu diselesaikan ?
Dari banyak informasi yang diberikan anak tersebut, kita akan mendapatkan kesimpulan yang kita bagi dalam beberapa fase, seperti ;
Fase Pertama ;
- Teman untuk bermain ( usia anak antara 5 sampai 7 tahun)
Bagi mereka, teman adalah seseorang yang mempunyai mainan yang menarik yang tempat tinggalnya dekat di sekitar mereka, dan mereka mempunyai ketertarikkan yang sama.
Kepribadian dari teman tersebut tidak menjadi masalah, yang terpenting bagi mereka adalah kegiatan dan mainan apa yang mereka miliki, persahabatan mereka akan terputus apabila salah seorang dari anak tersebut tidak mau bermain lagi dengan anak lainnya karena kejenuhan dan kebosanan, persahabatan mereka akan secepat mungkin terputus dan terbina kembali begitu saja.
Contoh percakapan yang sering kita temui pada anak-anak usia 5 sampai 7 tahun, antara lain mengenai berbagi makanan, misalnya ;
“Kalau kamu memberi saya coklat, kamu temanku lagi” atau “Nama kamu siapa ? kita temanan ya ? “
Dalam usia ini mereka dengan gampangnya mengatakan tentang berteman, biasanya percakapan mereka dimulai dengan perkataan “namamu siapa ? dan namaku......” dan mereka bisa begitu saja berteman setelah saling mengetahui nama masing-masing.
Fase Kedua
- Teman untuk bersama ( usia anak antara 8 sampai 10 tahun )
Dalam usia mereka ini, pengertian teman sedikit lebih luas dari pada fase pertama, karena arti teman bagi mereka sudah melangkah ke perasaan saling percaya, saling membutuhkan dan saling mengunjungi.
Dalam fase ini seorang anak untuk mendapatkan teman tidak segampang anak pada fase pertama, karena mereka harus ada kemauan berteman dari kedua belah pihak.
Mereka tidak akan mau berteman lagi setelah di antara mereka timbul masalah atau konflik, seperti ;
   - Salah seorang di antara mereka ada yang melanggar janji ;
   - Salah seorang di antara mereka ada yang terkena gosip ;
   - Salah seorang di antara mereka tidak mau membantu, disaat temannya tersebut
     membutuhkan pertolongan.
Percakapan yang sering kita temui pada fase kedua ini, misalnya ;
“Kenapa kamu pilih dia sebagai temanmu ?”
Dalam fase ini, seorang anak tidak mudah menjalin persahabatan, biasanya persahabatan tersebut terjadi setelah beberapa saat mereka saling mengenal baik baru mereka akan menjalinnya, kadang persahabatan mereka bisa sampai usia dewasa, kadang juga terputus tergantung faktor apa yang terjadi selama persahabatan mereka. Biasanya konflik yang terjadi di fase kedua ini tidak berlangsung lama, sehingga anak melupakan konflik dan menjalin persahabatan dengan temannya.
Fase Ketiga
- Persahabatan yang penuh dengan saling pengertian (Usia 11 sampai 15 tahun)
Bagi mereka arti teman tidak hanya sekedar untuk bermain saja, di sini seorang teman harus juga bisa berfungsi sebagai tempat berbagi pikiran, perasaan dan pengertian.
Pada fase ini persahabatan memasuki stadium yang sangat pribadi, karena pada umumnya mereka sedang mengalami masa puber dengan permasalahan psikologis seperti ; depresi, rasa takut, problem di rumah, atau problem keuangan yang terjadi pada mereka, biasanya mereka lebih tahu permasalahan psikologis tersebut dibandingkan dengan orang tua mereka sendiri.
Persahabatan pada fase ini bisa berubah seiring dengan berjalannya usia mereka, dari sekedar teman bermain, kemudian berkembang menjadi teman berbagi kepercayaan dan teman berbagi emosi.
Persahabatan tersebut biasanya terputus karena salah seorang dari mereka pindah rumah atau melanjutkan sekolah di kota lain. Percakapan di antara mereka yang sering kita dengar pada fase ini, misalnya ;
“Kita butuh teman yang baik, karena kita bisa berbagi ceritera di mana orang lain tidak perlu tahu, teman yang baik akan memberi nasihat atau jalan keluar yang terbaik”
 Pentingnya Persahabatan Untuk Perkembangan Sosial Anak-Anak
- Populer atau Tidak Populer
Di dalam lingkungan sekolah dasar, biasanya ada anak yang populer dan tidak populer, baik anak tersebut lebih menonjol karena kepintaranya atau pun karena hal yang lainnya. Biasanya anak menjadi populer karena kepintarannya dan keunikannya.
Mereka mendapat perhatian lebih, seperti selalu diundang dan hadir di pesta ulang tahun temannya sedangkan yang tidak populer tidak pernah diundang. Untuk mengetahui lebih jauh tentang hubungan sosial anak populer dan tidak populer di dalam kelas, seorang guru atau kita, dapat mengajukan beberapa pertanyaan kepada mereka, seperti ;
   - Dengan siapa kamu mau pergi bermain ?
   - Dengan siapa kamu mau duduk ?
Ternyata anak populer lebih banyak disebut dan anak tidak populer jarang atau sama sekali tidak disebut.
Untuk lebih mengetahui anak populer dan tidak populer, pertanyaan-pertanyaan tersebut dapat dikembangkan lagi dengan pertanyaan-pertanyaan negatif dan pertanyaan-pertanyaan positif.
Dengan pertanyaan-pertanyaan tersebut, kita bisa lebih cepat mengetahui mana anak populer dan mana anak yang tidak populer dan juga kita bisa lebih cepat mengetahui serta membantu mengatasi problem si anak pada stadium yang masih belum terlalu jauh.
Dengan cara tersebut, pada akhirnya kita bisa membedakan perkembangan anak-anak secara berurutan, seperti ;
1. Anak-anak yang menyandang bintang sosiometris
    Bintang sosiometris, artinya mereka paling banyak disebut sisi positifnya dari pada sisi negatifnya, biasanya mereka disenangi dan diakui oleh teman-temannya sedikit dari mereka yang menyandang bintang sosiometris ini merasa terasingkan. Maksud dari sisi positif adalah keahlian yang di miliki oleh anak.
2. Anak-anak yang biasa
    Biasanya mereka tidak begitu populer dibandingkan dengan bintang sosiometris, tetapi mereka lebih banyak disebut sisi positifnya dan sedikit disebut sisi negatifnya. Anak – anak biasa hampir sama dengan anak yang menyandang bintang sosiometris perbedaannya adalah anak yang menyandang bintang sosiometris lebih menonjol keahliannya sehingga ia mudah populer.
3. Anak-anak yang terisolir
Biasanya mereka tidak disebut sisi positifnya dan juga tidak disebut sisi negatifnya, sepertinya anak terisolir tersebut tidak terlihat oleh teman-temannya. Anak yang terisolir lebih tertutup dan tidak ingin menjadi populer.
4. Anak-anak yang terasingkan
Biasanya mereka oleh anak-anak yang lain diasingkan dan tidak diakui sebagai teman, mereka biasanya sedikit sekali disebut sisi positifnya dan lebih banyak disebut sisi negatifnya.
Dari urutan-urutan di atas, kita sebagai orang tua harus cepat tanggap dan tidak ragu untuk bertanya kepada guru di sekolah, bagaimana perkembangan psikologi anak di lingkungan sekolah, hal tersebut dilakukan untuk membandingkan perkembangan psikologi anak di lingkungan rumah dan di lingkungan sekolah, supaya kita dapat secepatnya menelusuri dan mengetahui apakah anak kita mempunyai masalah dalam dirinya yang tidak berani diungkapkan kepada kita sebagai orang tuanya dan kita bisa dengan cepat menangani serta membantu memecahkan masalah si anak tersebut, sebelum masalah anak tersebut terlanjur merubah sifat dan karekter si anak.
 Faktor-faktor penting yang mempengaruhi dalam status sosial anak
1. Pendidikan anak dan pembinaan anak
Orang tua yang mendidik anak dengan cara bertahap dalam menjelaskan sesuatu hal, dan mendidik anak dengan penuh kasih sayang, biasanya anak-anak mereka memiliki kepercayaan diri yang tinggi dan mereka akan mudah dalam mengembangkan hubungan sosialnya.
Lain halnya dengan anak-anak yang tidak mendapatkan kasih sayang secara penuh dan mereka dididik oleh orang tuanya dengan cara kasar serta mendapatkan peristiwa yang membuat anak tersebut trauma, maka kita bisa dengan jelas melihat perbedaan yang mencolok, biasanya anak tersebut sulit dikendalikan dan memiliki masalah, mereka tidak akan mudah membina hubungan sosial dan sulit membina persahabatan dengan anak lainnya.
2. Urutan kelahiran
Urutan kelahiran, mempengaruhi juga dalam status sosial anak, karena biasanya anak yang paling muda lebih populer dan terbiasa dengan negoisasi dari pada saudara-saudaranya.
3. Kecakapan dan keterampilan mengambil peran
Biasanya anak-anak populer memiliki kecakapan dan keterampilan dalam mengambil apa pun posisi peran dan posisi peran tersebut dapat berkembang menjadi lebih baik.
Anak-anak populer biasanya memiliki intellegensi/kecerdasan yang baik.
Dengan memiliki ciri-ciri tersebut, anak-anak populer lebih mudah menempatkan dirinya atau beradaptasi dilingkungan yang asing.
4. Nama      
Ternyata di lingkungan anak-anak, nama dapat membawa pengaruh. Nama yang dapat diasosiasikan dengan sesuatu hal, dapat membawa pengaruh negatif terhadap perkembangan sosial psikologi anak. karena anak-anak masih sangat kongkrit dalam menyatakan sesuatu hal, akibatnya anak tersebut merasa rendah diri dan tersudut apabila anak-anak yang lain mencemoohkan karena namanya dapat diasosiasikan dengan sesuatu hal.
5 Daya tarik
Anak-anak yang memiliki daya tarik tersendiri, biasanya selalu populer daripada anak yang kurang memiliki daya tarik. Anak-anak yang berumur 3 tahun, sudah bisa membedakan mana anak-anak yang menarik dan mana anak-anak yang kurang menarik, reaksi ketertarikkannya hampir sama dengan orang dewasa.
Pada anak usia 3 tahun, anak yang menarik dan anak tidak menarik tidak begitu kelihatan mencolok, tetapi pada anak usia 5 tahun, hal tersebut dapat terlihat sangat jelas, anak usia 5 tahun yang tidak menarik biasanya lebih agresif dan sering tidak jujur dalam bermain, sedangkan pada anak usia 5 tahun yang memiliki daya tarik, biasanya mereka sering diberi masukkan-masukkan yang positif dari sekitarnya sehingga tumbuh rasa percaya diri yang lebih tinggi, sabaliknya pada anak usia 5 tahun yang tidak menarik rasa percaya dirinya berkurang karena terpengaruh masukkan-masukkan yang negatif dari lingkungannya.
6. Perilaku
Tidak semua anak yang menarik menjadi populer karena masih banyak faktor lainnya yang bisa mempengaruhi katagori populer. Perilaku yang membuat anak populer, antara lain ; ramah tamah, mempunyai rasa simpati, tidak agresif, bisa berkerja sama, suka menolong, suka memberikan masukkan atau komentar yang positif, dan lain-lain.
 Secara umum faktor-faktor di atas terdapat pada anak-anak yang populer, dan factor-faktor tersebut dapat menentukan status sosial anak, tetapi tidak selamanya anak  populer pada nantinya dapat menentukan status sosial, sebagian anak-anak yang tumbuh dari lingkungan yang selalu terjaga pendidikannya, intellegensinya, cakap dan terampil, mempunyai nama yang baik serta menarik tetapi tidak popular, sebagian lagi ada juga anak-anak yang tumbuh dari lingkungan yang bermasalah, kurang perhatian dari orang tua, mempunyai nama yang kurang bagus, dan tidak memiliki daya tarik, tetapi bisa juga menjadi populer.
Lalu bagaimana dengan anak-anak yang kurang dihargai seperti ; Anak-anak yang terisolir dan Anak-anak yang terasingkan.
Kelompok anak-anak tersebut memiliki nilai yang rendah dari anak-anak seumurnya, akan tetapi anak-anak yang terisolir lebih mudah diakui dari pada anak-anak yang terasingkan, namun lama kelamaan anak-anak yang terasingkan akan diakui juga. Anak-anak yang terasingkan memiliki resiko adaptasi lebih besar dalam usia menjelang dewasa, mereka menjadi terasingkan karena ada penyimpangan dari salah satu factor status sosial anak.
Jika anak-anak ini lemah dalam menghadapi ejekkan-ejekkan atau godaan dari anak-anak lainnya, maka hal tersebut dapat membentuk perilaku dan proses belajarnya akan terganggu. Beberapa problem pada anak-anak yang terasingkan, antara lain ;
-  secara terbuka mereka diasingkan
-  sering terlibat dalam hal-hal kejadian interaksi yang negatif
-  mempunyai masalah perilaku
-  sering memperlihatkan perilaku agresif
-  mempunyai status negatif yang stabil
-  sering bermasalah di sekolah
 Secara umum anak-anak yang terasingkan, bereaksi dengan dua cara :
1. Menarik diri
Biasanya mereka menarik diri dari kontak dengan yang lain, mereka sebetulnya ingin main dengan anak-anak lainnya, tetapi mereka diacuhkan dan diabaikan keberadaannya, malahan mereka mengejeknya seperti dengan sebutan “cupu atau ga gaul” karena anak tersebut memakai kacamata, maka dari itu mereka selalu menhindar dari anak-anak lainnya, di rumah biasanya mereka juga pendiam dan selama mungkin tinggal di kamarnya dengan membaca komik atau mendengarkan musik, kepada orang tuanya mereka beralasan tidak suka main di luar.
2. Perilaku anti sosial
Biasanya mereka sulit untuk diatur, padahal anak-anak lainnya tidak suka dengan perilakunya, misalnya ;
Pada saat anak-anak yang lain bermain bola, kemudian datang anak yang terasingkan, tetapi tidak untuk ikut bermain dengan anak-anak lainnya, anak tersebut datang hanya sekedar untuk mengganggu saja dengan mengambil bolanya, dan apabila ikut bermain bola pun anak itu akan tampil dengan kasar sehingga membuat anak-anak lainnya berhenti bermain, anak yang terasing itu akan marah-marah hingga akhirnya anak-anak yang lain terpaksa mengalah dan bermain bola kembali dengan aturan-aturan yang dikehendaki oleh anak yang terasing tadi.
Untuk orang yang lebih dewasa, mereka diajarkan semacam therapy untuk beradaptasi dalam lingkungan masyarakat supaya akhirnya mereka bisa mandiri.

Terima Kasih sudah berkunjung ke punyahari.blogspot.com