Welcome to punyahari.blogspot.com...selamat datang di punyahari.blogspot.com

Minggu, Desember 05, 2010

Marah??Sabar jah kalie....

Indahnya Kesabaran

Keluh Kesah K.H. Abdullah Gymnastiar Hidup di kota besar semacam Jakarta atau Bandung membutuhkan kekuatan iman dan kekuatan mental. Macet di perjalanan dalam waktu-waktu tertentu adl suatu permasalahan yg kadangkala sering kita hadapi. Tak heran bila utk sebuah perjalanan kalau kita tak memakai strategi yg bagus tak memakai perencanaan yg matang maka kemacetan akan benar-benar mencuri waktu begitu lama. Terkadang bisa berjam-jam di jalan. Kalau saja tak berusaha utk bening hati seperti sepanjang jalan yg terjadi hanya dongkol dan marah-marah. “Aduh kapan sampainya! Aduh kok ini lama banget! Aduh kok macet terus!” Mungkin ungkapan seperti itu. Aduh dan aduh.
Padahal kata-kata aduh kalau hanya tanda keluh kesah sebetul tak menyelesaikan masalah. Justru kata-kata yg terlontar itu menunjukkan ketidaksabaran kita. Apalagi tiba-tiba di pinggir jalan ada kendaraan lain berhenti seenaknya. Kita boleh kecewa dan melihat ini sebagai sesuatu yg harus diperbaiki. Tetapi tak berarti kita harus sengsara dgn marah-marah atau berkeluh kesah. Mata terbeliak dan mulut kadang berucap “Minggir dong!” Mungkin ingin menghardik seperti itu. Tetapi alangkah lbh baik jika kita menyapa dgn kata yg lemah lembut “Maaf Pak! Boleh agak ke pinggir sedikit!” Ungkapan seperti ini nampak akan lbh ringan ke dalam hati dari pada melotot dgn menggunakan otot.
Boleh jadi kalau sudah banyak kedongkolan selain akan banyak berkeluh kesah juga akan menjadikan diri lbh emosional. Ini yg paling merugikan. Bagi kita maupun orang lain. Kita harus mengukur kehilangan waktu dalam beberapa menit atau beberapa jam padahal waktu tersebut sebenar dapat menjadi tambahan ilmu dan kemampuan diri kita. Ada baik selama perjalanan lengkapi diri dgn sumber-sumber ilmu baik berupa kaset ceramah nasyid atau kaset murotal Qur’an. Sumber-sumber ini akan menambah percepatan keilmuan kita disamping akan membuat kita tak tergoda utk ber-aduh ria. “Aduh terlambat nih! Aduh sialan kamu! Aduh ada yg ketinggalan nih!” Kata-kata seperti ini sebetul tak perlu dikeluarkan! Karena tak menyelesaikan masalah. Lebih baik kita isi dengan do’a : “Ya Allah semoga saya datang tepat waktu semoga ada jalan keluar dari kemacetan ini”. Kata-kata ini akan lbh produktif dibandingkan dgn kata “aduh”.
Marilah kita meminimalisirkan keluh-kesah seperti ini. Apalagi bagi kita pun ada keni’matan tersendiri bila kita bicara lbh santun. Kesantunan akan membuat batin kita lebih ringan dari pada berperilaku emosional. Lebih dari itu kelembutan akan mampu menaklukan sesuatu yg tak bisa dilakukan dgn kekerasan. Itu sudah bagian dari rumusnya. Karena kalau orang-orang keras dilawan dgn kekerasan maka itu akan merasa bagian dari dunianya. Tapi kalau orang-orang yg bertemperamen keras itu diberi kelembutan yg tulus dari lubuk hati yg paling dalam Isya Allah mereka akan terbawa lembut juga. Contoh orang sekeras Umar bin Khattab atau Khalid bin Walid bisa jatuh tersengkur menagis oleh lembut alunan Al-Qur’an.
Berkeluh kesah seringkali membuat kita terdramatisasi oleh masalah. Seakan-akan rencana dan keinginan kita lbh baik daripada yg terjadi. Padahal belum tentu. Siapa tahu di balik kejadian yg mengecewakan menurut kita ternyata sarat dgn perlindungan Allah dan sarat dgn terkabul harapan-harapan kita. Tiap melakukan kekeliruan kita ditolong Allah dgn memberikan tuntunan-Nya. Tuntunan itu tak harus dgn terkabul keinginan yg kita mohonkan. Bisa jadi terkabul do’a itu bertolak belakang dgn yg kita minta. Karena Allah Mahatahu di balik apapun keinginan kita. Baik keinginan jangka pendek maupun keinginan jangka panjang. Baik kerugian duniawi maupun kerugian ukhrawi. Baik kerugian secara materi maupun secara kerugian mental. Kita tak bisa mendeteksi secara cermat. Kadang-kadang kita hanya mendeteksi sesuai dgn keperluan hawa nafsu kita.
Kelihatan sepele mengaduh ini. Tetapi itu akan menjadi kualifikasi pengendalian diri kita. Ketahuilah bahwa kualitas seseorang itu tak diukur dgn sesuatu yg besar-besar tetapi oleh yg kecil-kecil. Kalau kita ingin melihat kompleks perumahan yg berkualitas maka kita lihat saja panjang pendek rumput di halamannya. Kalau berkualitas dan terawat dgn baik maka rumput pun akan nampak terawat dgn baik. Marilah kita respon tiap kejadian demi kejadian dengan respon lisan yg positif. Mengapa? Karena tiap respon akan mempengaruhi persepsi kita terhadap masalah yg kita hadapi dan cara kita menyelesaikannya. Lebih dari itu akan berdampak pula kepada orang-orang di sekitar kita. Jadi sapaan-sapaan teguran-teguran komentar-komentar celetukan-celetukan ini harus benar-benar bernilai produktif. Tidak hanya berarti bagi diri kita tetapi juga bagi orang di sekitar kita.
Apalagi keluh kesah termasuk penyakit hati yaitu bentuk ketidaksabaran kita dalam menerima ketentuan dari Allah. Ada hadits qudsi yg menyatakan bahwa “Barang siapa yg tak ridha terhadap ketentuan-Ku dan tak sabar atas musibah dari-Ku maka carilah Tuhan selain Aku.” Dari hadits qudsi ini nampaklah bahwa segala apapun yg Allah karuniakan kepada kita maka kita harus menerima dgn ridha. Oleh karena kita tak perlu banyak mengaduh atau berkeluh kesah. Sedapat mungkin kurangi aduh-mengaduh ini. Jauh akan lebih produktif jikalau kita optimalkan waktu degan banyak berdo’a dan menambah kualitas keilmuan diri serta terus menyempurnakan ikhtiar di jalan Allah yg diridhai.
Sumber : tausiyah management qolbu aa gym

0 komentar:

Terima Kasih sudah berkunjung ke punyahari.blogspot.com