Welcome to punyahari.blogspot.com...selamat datang di punyahari.blogspot.com

Rabu, Februari 17, 2010

Khauf wa Raja' (Takut & Harap)

A. Pengertian Khauf.
Khauf adalah reaksi atas munculnya kekhawatiran akan terjadi sesuatu yang membahayakan, menghancurkan atau menyakitkan. Allah  melarang takut terhadap pengikut syaithan dan memerintahkan hanya takut kepada-Nya.

B.Dalil Yang Menjelaskan Khauf.
“Dan hanya kepada-Ku-lah kamu harus takut (tunduk).”  (QS.Al-Baqarah : 40)
“Janganlah orang-orang mu'min mengambil orang-orang kafir menjadi wali dengan meninggalkan orang-orang mu'min. Barangsiapa berbuat demikian, niscaya lepaslah ia dari pertolongan Allah kecuali karena (siasat) memelihara diri dari sesuatu yang ditakuti dari mereka. Dan Allah memperingatkan kamu terhadap diri (siksa) Nya. Dan hanya kepada Allah kembali (mu).”(QS.Ali Imran : 28)
“Dan bagi orang yang takut akan saat menghadap Tuhannya ada dua surga.” (QS.Ar-Rahman : 46)
“Dan sebahagian mereka menghadap kepada sebahagian yang lain saling tanya-menanya. Mereka berkata: "Sesungguhnya kami dahulu, sewaktu berada di tengah-tengah keluarga kami merasa takut (akan diazab)". Maka Allah memberikan karunia kepada kami dan memelihara kami dari azab neraka. Sesungguhnya kami dahulu menyembah-Nya. Sesungguhnya Dia-lah yang melimpahkan kebaikan lagi Maha Penyayang.” (Ath-Thuur : 25-28)

B.Pembagian Takut.
d Takut Thabi’i
Seperti takutnya seseorang terhadap binatang buas, api, tenggelam dan lain-lain. Hali ini wajar bagi setiap manusia. Allah  berfirman  ,
“Karena itu jadilah Musa dikota itu merasa tkut menunggu-nunggu dengan khawatir (akibat perbuatannya).” (QS.Al-Qashash:18)
Tapi jika perasaan takut tersebut menyebabkan sesorang meniggalkan kewajiban atau melakukan yang diharamkan maka hal tersbut menjadi haram, karena sesuatu yangmenjadi sebab meninggalkan kewajiban atau mengerjakan yang diharamkan maka haram pula hukumnya.
Dalilnya firman Allah  ,
“Karena itu janganlah kamu takut kepada mereka tetapi takutlah kepadaku jika kamu benar-benar orang-orang yang beriman.” (Ali Imran :175).
 Takut kepada Allah  adakalanya terpuji dan adapula yang tidak terpuji. Terpuji jika akhirnya membawa seseorang bisa menghindar dari maksiat, mengerjakan yang wajib dan dan meninggalkan yang haram.
Jika takut tersebut menghasilkan sikap seperti itu maka hati merasa tenang, tentram dan gembira dengan nikmat Allah serta berharap akan pahalanya. Takut yang tidak terpuji adalah yang akhirnya menyebabkan timbulnya putus asa terhadap rahmat Allah dan patah semangat pada seseorang, sehingga ia tenggelam dalam kesedihan atau bahkan dalam kemaksiatan karena keputusasaan yang mendalam.
d Takut Yang Bernilai Ibadah.
Yakni jika perasaan takut kepada Allah yang disembah ini hanya milik Allah, jika dipalingkan kepada selainNya, berarti seseorang telah melakukan syirik besar.
d Takut Terhadap Sesutau Rasa Ghaib.
Seperti takut takut terhadap penghuni kubur atau wali yang jauh darinya yang tidak ada pengaruh apa-apa baginya, hal ini menurut ulama adalah termasuk syirik.

C.Ciri-Ciri  Rasa Takut
#Takut Akan Adzab Allah .
Al-Hasan  mengeluhkan dirinya lantaran takutnya kepada Allah. Beliau berkata ,” Yang menyebabkan aku tidak merasa nyaman adalah seandainya Allah  melihat pada diriku terdapat sesuatu yang Dia benci lantas Diapun memurkaiku lalu berfirman,” Enyahlah engkau, Aku tidak mengampunimu” karena aku berbuat tidak sesuai yang Dia perintahkan.”
Thawus di ranjangnya seperti bebijian di penggorengan. Inilah Thawus dia berbaring diranjangnya dia berbolak-balik bagaikan bebijian diatas penggorengan. Kenudian dia meloncat berdiri dan menghadap kiblat hingga waktu subuh, beliau berkata,” Ingatlah jahannam telah menerbangkan rasa kantuk orang-orang yang kantuk.
Telah shahih berita bahwa Zurarah bin Aufa ketika shubuh membaca:

“Apabila ditiup sangkakala.” (QS.Al-Mudatsir:8).
Tiba-tiba beliau tersungkur dan wafat.
Malik bin Dinar berkata,” Jika saya mampu saya tidak akan tidur karna takut adzab diturunkan lalu dikatakan ‘Wahai manusia awas neraka! Awas neraka!”.
Suatu ketika di majelis Yahya bin Sa’id Al-Qathan dibacakan surat Ad-Dukhan, tiba-tiba saja yahya jatuh pingsan.
Sungguh, menurutku dosaku lebih ringan dari ini! Abdurrahman bin Mahdi bercerita,” Sufyan Ats-Tsauri menemui ajalnya disisiku disaat dia telah merasakan beratnya menghadapi kematian tiba-tiba menangis. Seseorang berkata kepada beliau,” Wahai Abu Abdillah, saya melihat anda merasa banyak dosa ?
Kemudian Sufyan mengambil tanah dan berkata,” Sungguh, menurutku dosaku lebih ringan dari ini hanya saja aku takut jika tiba-tiba imanku berbalik sebelum datang kematianku.”
Inilah rasa takut orang-orang shalih. Mereka takut imannya berbalik ketika mendengar ajalnya, mereka takut tercatat sebagai orang yangmengerjakan amalan penduduk neraka.
Takut dari adzab adalah rasa takut yang menjadi bukti sehatny iman. Inilah rasa tkut yang wajib oleh setiap muslim, tidak boleh tidak. Adapun kadar wajib dari rasa takut tersebut adalah hendaknya mengandung dua konsekuensi :
_  Hendaknya rasa takut tersebut mendorongnya untuk melakukan kewajiban.
_  Hendaknya rasa takut tersebut mencegahnya dari perbuatan haram.
Sedangkan rasaa takut yang tidak disertai satu diantara dua hal tersebut bukanlah rasa takut yang terpuji.
#    Takut Akan Makar Allah .
Inilah yang membuat rasa aman lenyap dari jiwa orang-orang shalih, ini pula yang menyebabkan mereka mengalami keresahan yang berkepanjangan. Salah seorang diantara mereka ketika melakukan ketaatan dimalam hari takut jika mendapatkan pagi harinya Allah mentakdirkan dia berada dalam kondisi yang sebliknya disore hari.
 Seperti Apa Khauf Itu?

A. Rasa Takut Mereka Dan Apa Yang Mereka Alami.
Rasa takut kepada Allah  menyelimuti hati orang-orang shalih hingga melenyapkan rasa aman dan mendatangkan rasa sedih. Mereka tidak mengalami hal tersebut melainkan karena sebagian cerminan rasa takut kepada Allah .
Rasa takut mereka seperti :
                     Ü    Meninggal Karena Takut Kepada Allah.
Hati orang-orang yang shalih sangat lembut dan lunak sedangkan pengaggungan kepada Allah di hati mereka amat besar. Telah diceritakan tentang Ali bin Fudhail   oleh Ibrahim bin Basyar.  “ Ayat yang menyebabkan kematian Ali bin Fudhail adalah surat Al-An-am,
“Dan jika kamu (Muhammad) melihat ketika mereka dihadapkan ke neraka, lalumereka berkata,” Kiranya kami dikembalikan (ke dunia) dan tidak mendustakan ayat-ayat Rabb kami…”(QS.Al-An’am:27).
Ketika beliau sampai bagian ini beliau meniggal. Saya termasuk orang yang menshalatkan beliau, semoga Allah merahmati beliau.
 Ulangilah wahi Shalih! Seorang penyeru menyeru di majelis Shalih Al-Murri,” Hendaknya berdiri orang-orang yang menangis dan merindukan jannah! “Maka Abu Jahts berdiri dan berkata ,” Bacalah wahai Shalih lalu beliau membacanya”
“Dan kami hadapi segala amal yang mereka kerjakan, lalu kami jadikan amal itu (bagaikan) debu yang berterbangan. Penghuni-penghuni surga pada hari itu paling baik tempat tinggalnya dan paling indah tempat istirahatnya.”  (QS.Al - Furqan: 23-24).
Mungkin kita bertanya-tanya tentang sebab kematian orang-orang shalih tersebut. Salah seorang yangmenyaksikan pemandangan dan pengalaman semacam itu menjelaskan alasannya kepada kita.
Abu Thariq berkata ,” Aku pernah menyaksikan tiga orang atau sekitar itu yang meniggal saat berdzikir. Mereka berjalan dengan kaki mereka ke suatu majlis dalamkeadaan sehat, sedangkan hati mereka demi Allah sangat lembut, maka ketika mereka mendengar peringatan maka pecahlah hati mereka lalu meniggal.”
                     Ü    Mata Menjadi Buta Karena Banyaknya Menangis.
Tangisan orang-orang shalih terkadang disebabkan oleh besarnya harapan pahala disis Allah , terkadang juga karena takut ancaman dan azab-Nya.
Karena banyaknya jenis tangis yang kedua tersebut mereka alami, hingga banyaknya tangisan menyebabkan mata sebagian mereka menjadi buta.
Abdurrahman bin Malik bin Mghul berkata,” Usaid Adh-Dhabi menangis hingga menjadi buta matanya. Adalah beliau ketika mengingat tangisnya maka menangislah beliau kemudian berkata,” Sekarang..saya tidak bisa tenang ? Bagaimana saya merasa tenang padahal besok bisa jadi saya akan mati.”
Al-Ala’ bin Ziyad menangis hingga tertutuplah pandangan matanya. Begitu juga dengan bapaknya, beliau menangis hingga menjadi buta matanya.”
                     Ü    Pingsan Karena Takut Kepada Allah .
Khalid bin Khadasy berkata ,” Dibacakan atas Abdullah bin Wahhab sebuah kitab yang tulisannya tentang keadaan hari kiamat, tiba-tiba dia tersungkur dan pingsan Khalid melanjutkan,” Beliau belum sempat berbicara sepatah katapun hingga beberapa hari kemudia wafat, semoga Allah merahmati beliau.”
Khalid juga bercerita ,” Saya duduk dihadapan Wasim Al-Balkhy, beliau seorang yang tuna netra beliau berbicara hingga mengatakan,” Ah… alangkah gelapnya kubur…alangkah sempitnya liang lahat, apa yang hendak saya perbuat ?” tiba-tiba saja beliau pingsan.

B. Di Sana Tidak Ada Selain Ampunan-Nya.
Ahmad bin Abi Al-Hiwari berkata,” Aku mendengar Waki’ bergumam sebelum mulai bicara,” Disana tidak ada kecuali ampunan-Nya, tiadalah kami hidup kecuali dalam satr (penutup dosa) dari-Nya. Andai saja tutup itu dibuka tentulah akantampak sesuatu (dosa) yang besar.
Begitulah gambaran kondisi rasa takut para salaf terhadap perasaan takut kepada-Nya. Jika kita perhatikan ada dua maker yangmereka takuti yaitu:
{  Berbalik dari islam menuju kekafiran.
{  Berbalik dari amal sunnah menuju bid’ah dan dari keta’atan menuju kemaksiatan.
Apa itu Raja’ ?
A. Pengertian Raja’.
Raja’ atau berharap adalah prasangka baik seorang hamba kepada Rabbnya disaat rasa takut lebih mendominasi. Para salaf memperbesar rasa harapketika mendekati ajal yakni di saat mereka menghadapi rasa takut akan su’ul khatimah.
Raja’ adalah keinginan seorang terhadap sesuatu yang mungkin diperolehnya dalam waktu dekat atau jauh tapi diposisikan sebagai sesuatu yang dekat. Raja’ mengandung sikap merendah dan hal ini hanya untuk Allah . Siapa yang memalingkan kepada selain Allah  maka bisa mengakibatkan syirik kecil atau besar tergantung hati orang yang mengharapkannya.
Allah  berfirman,
“Barangsiapa mengharap perjumpaan dengan Tuhannya maka hendaklah ia mengerjakan amal shalih dan janganlah ia mempersekutukan seseorangpun dalam beribadah kepada Tuhannya.” (QS.Al-Kahfi : 110)
Rasa takut dan harap adalah dua sayap bagi hamba untuk terbang menuju keridhaan Allah. Telah disepakati oleh orang-orang bijak bahwa raja’ tidak sah kecuali jika disertai dengan amal. Adapun kondisi salaf dalam berharap kepada Allah  adalah sebagai berikut:
ðMereka melebihkan Raja’ ketika mendapatkan kesulitan besar. Khususnya ketika sedang menghadapi ajal.
ðMereka melebihkan rasa takut disaat kondisi aman dan menjalani hidupnya.
ðMereka juga mengumpulkan antara rasa takut dan berharap ketika menghadapai dua hal diatas.
Yahya bin Muadz berkata,” Sungguh aku berharap keselamataan dari yang memberiku pakaian ketika hidup didunia agar tidak menyiksaku setelah matiku. Sungguh aku mengetahui bahwa kemurahan adalah bentuk kasih sayang-Nya”Dalam pernyataan beliau ini terdapat perkara penting yangberkaitan dengan masalah raja’ yakni bahwa rasa harap dibenarkan mana kala disertai amal karena Allah dan menjauhi maksiat dan larangan-larangan, melaksanakan ketaatan dan apa-apa yang diperintahkan.
Adapun rasa harap yang diiringi dengan melakukan maksiat dan meninggalkan ketaatan maka dia adalah orang yang terpedaya. Bukan perilaku para slaf dan tidak mereka perintahkan.
Ibnul Qayyim berkata,” Jenis Raja’ ada tiga macam, dua diantaranya terpuji dan yang satu adalah tanda terpedaya dan tercela.”
Dua raja yang terpuji tersebut adalah seseorang yang melakukan ketaatan kepada Allah sesuai dengan petunjuk Allah maka dia adalah orang yang mengharap pahala Allah.
Dan seseorang yang terlanjur melakukan dosa kemudianbertobat darinya maka dia adalah orang yang mengharap ampunan-Nya, maaf-Nya, kebaikan, kemurahan, kelembutan dan kemuliaan.
Adapun jenis raja yang ketiga (yang tercela) adalah seseorang bergumul dengan keteledoran dan dosa dan lalu mengharap rahmat Allah tanpa beramal. Inilah orang yang terpedaya, berangan-angan dan berharap dusta.
Fudhail bin Iyadh berkata,” Ketika mensifati kekuatan Raja’ kepada Allah bahwa,” Andai saja dia memasukan aku ke dalam neraka maka aku tidak akan berputus asa.”
 Imam Syafi’i  berkata,
Ketika aku mengukur hatiku dan sempitnya jalanku
Aku bentangkan tangga harapanku dibawah ampunan-Mu
Alangkah besarnya dosaku
Namun ketika kubandingkan dengan ampunan-Mu wahai Rabbku
Ternyata ampunan-Mu lebih besar dari dosaku
Engkau senantiasa memberi maaf atas dosa
Senantiasa memberi kemurahan ampunan dan karunia
Andai saja engkau menyiksaku, aku tidak akan putus asa
Meski Engkau campakkan aku kejurang neraka
Kealu bukan hikmah-Mu Engkau tidak akan menyesatkan iblis durjana
Bagaimana tidak demikian, dia telah menggelincirkan hamba pilihan-Mu, Adam
Aku mendatangi dosa yang aku ketahui kadarnya
Dan aku tahu bahwa Allah memaafkan dan mengasihiku”
Ketahuilah, Raja’ yang terpuji hanya bagi yang mau taat kepada Allah dan mengharapkan pahalanya atau mau bertaubat dari segala dosanya dan mengharap aka diterima taubatnya. Adapun pengharapan yang tanpa disertai dengan amal dan usaha maka ia hanyalah lamunan dan angan-angan yang tercela.

B.Keutamaan Berharap Kepada Allah .
وعن أبي هريرة رَضِيَ اللَّهُ عَنهُ عن رَسُول اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيهِ وَسَلَّم أنه قال: <قال اللَّه عَزَّ وَجَلَّ: أنا عند ظن عبدي بي، وأنا معه حيث يذكرني، والله لله أفرح بتوبة عبده من أحدكم يجد ضالته بالفلاة، ومن تقرب إلي شبراً تقربت إليه ذراعاً، ومن تقرب إلى ذراعاً تقربت إليه باعاً، وإذا أقبل إلي يمشي أقبلت إليه أهرول> مُتَّفَقٌ عَلَيهِ. وهذا لفظ إحدى روايات مسلم.
Dari Abu Hurairah  dari Nabi  beliau bersabda,” Allah berfirman,” Aku menurut persangkaan hambaku dan Aku senantiasa bersamanya selama ia mengingat Aku. Demi Allah, Allah lebih senang menerima tobat hambanya melebihi senangnya sesorang diantara kalian yang menemukan kembali barangnya yang telah hilang ditengah padang pasir. Siapa saja mendekat kepadaku sejengkal, maka Aku mendekat kepadanya sehasta dan siapa saja mendekat kepadaku sehasta maka aku akan mendekt kepadanya sedepa dan apabila ia datang kepada-Ku dengan berjalan maka aku datang kepadanya dengan cara berlari.” (HR.Bukhari dan Muslim)
وعن أنس رَضِيَ اللَّهُ عَنهُ قال سمعت رَسُول اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيهِ وَسَلَّم يقول: <قال اللَّه تعالى: يا ابن آدم إنك ما دعوتني ورجوتني غفرت لك على ما كان منك ولا أبالي، يا ابن آدم لو بلغت ذنوبك عنان السماء ثم استغفرتني غفرت لك، يا ابن آدم إنك لو أتيتني بقراب الأرض خطايا ثم لقيتني لا تشرك بي شيئاً لأتيتك بقرابها مغفرة> رَوَاهُ التِّرمِذِيُّ وَقَالَ حَدِيثٌ حَسَنٌ
Dari Anas , Rasulullah  bersabda,” Hai anak adam selama kamu berdoa dan berharap kepadaku pastti Aku ampuni dosa yang telah kamu perbuat dan aku tidak peduli berapapun banyaknya. Hai anak Adam andaikan dosa-dosamu bagaikan awan dilangit kemudiankamu memohon ampun kepada-Ku pasti aku mengampunimu. Hai anak Adam, sesungguhnya andaikan kamu datang kepadaku dengan membawa dosa seisi bumi kemudian kamu menghadap Aku sedangkan kamu tidak menyekutukan Aku maka Aku akan mengampuni dosa yang seisi bumi banyaknya itu.”(HR.Tirmidzi)
وعن أبي هريرة رَضِيَ اللَّهُ عَنهُ قال، قال رَسُول اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيهِ وَسَلَّم: <لما خلق اللَّه الخلق كتب في كتاب فهو عنده فوق العرش: إن رحمتي تغلب غضبي، وفي رواية: غلبت غضبي، وفي رواية: سبقت غضبي> مُتَّفَقٌ عَلَيهِ.
Dari Abu Hurairah  Rasulullah  bersabda, “Tatkala Allah menciptakan makhluk, Ia menulis pada suatu kitab. Kitab itu berada disisinya di atas ‘Arasy bertuliskan,” Sesungguhnya rahmat-Ku mendahului murka-Ku.” (HR.Bukhari dan Muslim)

B.Mempertemukan Antara Khauf Dan Raja’.
Orang-orang shalih mendidik jiwa mereka dengan cara mengagumkan. Mereka berada diantara pintu Targhib (motivasi) dan pintu Tarhib (ancaman). Jika jiwanya menghadap Allah dengan ketaatan, mereka takut jika amalnya tidak diterima dan konsekuensi lainnya. Jika mereka mengikuti hawa nafsu mengambil dan condong kepadanya, maka segera menghentikannya dan timbul rasa takutnya.
Mereka takut kepada Allah , takut akan siksa-Nya. Lalu menindaklajuti rasa tkut akan ancaman Allah tersebut dengan Trghib terhadap apa-apa yang ada di sisi Allah .
Rahasia dari persoalan tersebut adalah jika seseorang hanya mengingat iming-iming akan karunia dan rahmat Allah  saja maka dia akan merasa cukup dengan harapannya dan meninggalkan amal. Disaat itu mereka perlu menghadirkan rasa takut akan ancaman Allah .
Dan jika seseorang hanya mengingat ancaman Allah dan takut akan maker Allah kepada hamba-Nya ini bisa menyebabkan dia berputus asa dari rahmat Allah . Disaat itu mereka perlu menghadirkan rasa harap akan apa yang ada disisi Allah  berupa luasnya karunia-Nya serta kesempurnaan rahmat-Nya. Beginilah mengkompromikan rasa takut dan harap.
Muhammad bin Wasi berkata ketika mendekati ajalnya,” Wahai saudaraku tahukah kalian, kemanakah dia akan membawaku?” Demi Allah hanya ada dua kemungkinan, ke neraka atau Allah mengampuniku.”

1 komentar:

Anonim mengatakan...

keren, mksh yua

Terima Kasih sudah berkunjung ke punyahari.blogspot.com