Makna Konflik
A. Definisi Konflik
Konflik berasal dari kata kerja latin configure yang berarti saling memukul. Secara sosiologis, konflik diartikan sebagai suatu proses sosial antara dua orang atau lebih (bisa juga kelompok) dimana salah satu pihak berusaha menyingkirkan pihak lain dengan menghancurkannya atau membuatnya tidak berdaya. Definisi dari konflik adalah :
1.Suatu kondisi dimana tujuan, kebutuhan dan nilai-nilai kelompok yang bersaing, bertabrakan dan akibatnya terjadilah agrasi walaupun belum tentu berbentuk kekerasan (schelling).
2.Situasi yang terjadi ketika ada perbedaan pendapat atau perbedaan cara pandang diantara beberapa orang, kelompok atau organisasi.
3.Sikap saling memperthankan diri sekurang-kurangnya diantara dua kelompok yaitu memiliki tujuan dan pandangan berbeda dalam upaya mencapai tujuan sehingga mereka berada dalam posisi oposisi bukan kerjasama.
Konteks konflik meliputi :
Konflik domestik : isu utamanya adalah suatu kondisi dimana terdapat masalah-masalah antara pemegang kekuasaan dengan penantangnya yang diselesaikan dengan cara damai.
Konflik regional : isu utama menekankan proses negosiasi dan hubungan antara negara tetangga. Bentuk hubungan bisa bersifat cooperative, competitive, dan transforming.
Konflik internasional : isunya sama dengan konflik regional tetapi cakupannya lebih luas.
Konflik dapat menjadi alat yang efektif dalam percaturan internasional. Ia dapat mengemban fungsi sebagai upaya untuk mendapatkan atau mempertahankan kekuatan (power), memelihara kohesifitas internal dan memeperluas hubungan ke luar. Kekerasan seringkali merupakan alat yang ampuh untuk bargaining position. Meskipun demikian penyelesaian konflik selalu merupakan tujuan yang secara politik paling diharapkan, karena hal itu mengurangi korban jiwa manusia, mencegah disorganisasi suatu bangsa dan memulihkan stabilitas dalam hubungan luar negeri mereka. Penyelesaian konflik (conflict resolution) adalah suatu jalan menuju perdamaian, sekurang-kurangnya perdamaian negative, dan mempunyai fungsi lain, misalnya menjamin stabilitas politik dan kesinambungan pembangunan sosial maupun ekonomi.
Penyelesaian konflik (conflict resolution) didefinisikan sebagai suatu proses mencari peluang penyelesaian konflik dimana setiap pelaku tidak lagi merasa perlunya melanjutkan perselisihan dan mengakui bahwa dengan begitu mungkin mereka dapat memperoleh keuntungan tertentu. (nicolson, 1991: h. 59).
Definisi lain mengatakan bahwa penyelesaian konflik adalah suatu proses yang berkaitan dengan bagaimana menemukan jalan untuk mengakomodasi kepentingan eksplisit dari pihak-pihak yang terlibat dalam sengketa.
1.Pengertian yang tinggi untuk hasil kedua belah pihak akan menghasilkan percobaan untuk mencari jalan keluar yang terbaik.
2.Pengertian yang tinggi untuk hasil kita sendiri hanya akan menghasilkan percobaan untuk “memenangkan” konflik.
3.Pengertian yang tinggi untuk hasil pihak lain hanya akan menghasilkan percobaan yang memberikan “kemenangan” konflik bagi pihak tersebut.
B. Teori-teori mengenai berbagai penyebab konflik
Teori Hubungan Masyarakat
Menganggap bahwa konflik disebabkan oleh polarisasi yang terus terjadi, ketidakpercayaan dan permusuhan di antara kelompok yang berbeda dalam suatu masyarakat. Sasaran yang ingin dicapai teori ini adalah:
• Meningkatkan komunikasi dan saling pengertian antara kelompok-kelompok yang mengalami konflik.
• Mengusahakan toleransi dan agar masyarakat lebih bisa saling menerima keragaman yang ada di dalamnya.
Teori Negosiasi Prinsip
Menganggap bahwa konflik disebabkan oleh posisi-posisi yang tidak selaras dan perbedaan pandangan tentang konflik oleh pihak-pihak yang mengalami konflik. Sasaran yang ingin dicapai teori ini adalah:
• Membantu pihak-pihak yang mengalami konflik untuk memisahkan perasaan pribadi dengan berbagai masalah dan isu, dan memampukan mereka untuk melakukan negosiasi berdasarkan kepentingan-kepentingan mereka daripada posisi tertentu yang sudah tetap.
• Melancarkan proses pencapaian kesepakatan yang menguntungkan kedua belah pihak atau semua pihak.
Teori Kebutuhan Manusia
Berasumsi bahwa konflik yang berakar dalam disebabkan oleh kebutuhan dasar manusia – fisik, mental, dan sosial – yang tidak terpenuhi atau dihalangi. Keamanan, identitas, pengakuan, partisipasi, dan otonomi sering merupakan inti pembicaraan. Sasaran yang ingin dicapai teori ini adalah:
• Membantu pihak-pihak yang mengalami konflik untuk mengidentifikasi dan mengupayakan bersama kebutuhan mereka yang tidak terpenuhi, dan menghasilkan pilihan-pilihan untuk memenuhi kebutuhan-kebutuhan itu.
• Agar pihak-pihak yang mengalami konflik mencapai kesepakatan untuk memenuhi kebutuhan dasar semua pihak.
Teori Identitas
Berasumsi bahwa konflik disebabkan karena identitas yang terancam, yang sering berakar pada hilangnya sesuatu atau penderitaan di masa lalu yang tidak diselesaikan. Sasaran yang ingin dicapai teori ini adalah:
• Melalui fasilitas lokakarya dan dialog antara pihak-pihak yang mengalami konflik mereka diharapkan dapat mengidentifikasi ancaman-ancaman dan ketakutan yang mereka rasakan masing-masing dan untuk membangun empati dan rekonsiliasi di antara mereka.
• Meraih kesepakatan bersama yang mengakui kebutuhan identitas pokok semua pihak.
Teori Kesalahpahaman Antarbudaya
Berasumsi bahwa konflik disebabkan oleh ketidak cocokan dalam cara-cara komunikasi di antara berbagai budaya yang berbeda. Sasaran yang ingin dicapai teori ini adalah:
• Menambah pengetahuan pihak-pihak yang mengalami konflik mengenai budaya pihak lain.
• Mengurangi stereotip negatif yang mereka miliki tentang pihak lain.
• Meningkatkan keefektifan komunikasi antarbudaya.
Teori Transformasi Konflik
Berasumsi bahwa konflik disebabkan oleh masalah-masalah ketidaksetaraan dan ketidakadilan yang muncul sebagai masalah-masalah sosial, budaya dan ekonomi. Sasaran yang ingin dicapai teori ini adalah:
• Mengubah berbagai struktur dan kerangka kerja yang menyebabkan ketidaksetaraan dan ketidakadilan, termasuk kesenjangan ekonomi.
• Meningkatkan jalinan hubungan dan sikap jangka panjang di antara pihak-pihak yang mengalami konflik.
• Mengembangkan berbagai proses dan sistem untuk mempromosikan pemberdayaan, keadilan , perdamaian, pengampunan , rekonsiliasi dan pengakuan.
D. Penyebab Konflik
Konflik dalam masyarakat tidak pernah dirancang, namun demikian konflik merupakan gejala yang umum yang kita dapatkan dalam kehidupan bersama. Tidak saja anggota masyarakat yang berbeda, tetapi kepentingan dan kebutuhan mereka berbeda dan bahkan bertentangan antara kebutuhan seseorang dengan orang yang lain. Guna mencapai apa yang menjadi tujuan dan memenuhi kebutuhan mereka, mereka menggunakan cara yang berbda satu dengan lainnya. Kenyataan ini dapat menyebabkan terjadinya benturan antara berbagai kebutuhan yang mereka penuhi dan cara untuk memenuhi kebutuhan tersebut. Akibatnya konflik dapat terjadi dalam semua masyarakat.
Konflik sebagai suatu gejala social dengan berbagai tingkatannya kita temukan dalam masyarakat dan cakupannya dapat sempit maupun luas sangat tergantung pada besar kecilnya sumber konflik.
Mengapa konflik terjadi dalam masyarakat dan apa saja yang menjadi faktor pendorong bagi terjadinya konflik.
Perbedaan pendapat antar individu
Manusia diciptakan oleh Tuhan sederajat, tidak ada yang lebih dan tidak ada yang kurang; namun dalam kenyataanya manusia memiliki keinginan atau pendapat yang berbeda satu dengan yang lain. Perbedaan tersebut dapat bertentangan atau bertolak belakang; misalnya seseorang senang merokok yang lain tidak suka atau anti dengan rokok. Hal yang terjadi adalah bertentangan satu dengan yang lain akibat perbedaan kesenangan diantara mereka.
Pendapat dan keinginan berbeda satu dengan yang lain akan menjadi penyebab terjadinya konflik antar individu yang ada.
Perbedaan Kebudayaan
Relativisme kebudayaan mengajarkan kepada kita untuk menghargai dan menghormati kebudayaan orang lain atau kelompok yang lain, dan menerima perbedaan tersebut sebagai sesuatu yang normal dan biasa.
Sisi lain faham etnosentrisme, merupakan gejala yang sangat universal, sehingg dikenal istilah sindroma etnosentrisme universal. Bahwa ada kecenderungan orang menganggap kebudayaannya sendiri lebih baik dan kebudayaan orang lain tidak sebaik kebudayaan kita. Pandangan yang demikian dapat menjadi bibit terjadinya konflik yang disebabkan karena kebudayaan yang berbeda.
Misalnya Konflik antar agama, jika agama adalah unsur universal dari kebudayaan, maka konflik antar agama yang terjadi merupakan perwujudan dari konflik yang bersumber pada perbedaan kebudayaan yang ada.
Perbedaan kepentingan
Perbedaan kepentingan jelas merupakan sumber bagi terjadinya konflik dan juga perselisihan dan pertentangan yang ada. Pilihan kepala daerah adalah salah satu contoh perbedaan kepentingan yang menyebabkan terjadinya konflik social.
Jika ada dua calon kepala daerah dalam suatu pemilihan kepala daerah satu sama lain saling mengunggulkan dirinya dan mengemukakan berbagai kelemahan lawan politiknya. Jika nanti salah satu kalah biasanya konflik berujung pada konflik pada massa pendukung masing-masing calon kepala daerah.
Perubahan sosial
Perubahan sosial kadangkala menyebabkan seseorang tidak dapat mengikuti perkembangan yang ada. Terutama generasi tua. Perbedaan ini sering menimbulkan konflik antar generasi.
Misalnya mengenai pergaulan muda mudi atau masa pacaran mereka, biasanya nrenek mereka dengan kethus mengkhawatirkan cucunya yang berpacaran. Hal ini terjadi karena pada masa nenek dulu masih muda tidak ada masa pacaran.
0 komentar:
Posting Komentar