Harie’s Note 1
Awal Perjuangan
Kuliah,
itulah kata yang selalu ada di benak saya ketika masa SMA telah di lalui dengan
susah payah (waktu itu syarat lulus UN masih 3.01). Setelah itu banyak sekali
lembaran – lembaran undangan untuk masuk ke universitas ataupun sekolah tinggi
baik yang negeri maupun swasta menghampiriku. Tanpa sengaja saya melihat ada
lembaran undangan dari UGM (wow UGM), langsung saja saya fokus untuk melihat
ternyata ada penerimaan mahasiswa baru di UGM.
Dengan
semangat juang 45 (tanpa was wes wos) langsung
di ambil undangan tersebut dan mengikuti tes seleksi menuju UGM bersama
dua teman baik saya, Fatio Hidanto dan Sarjana hadinata (padahal belum S1 sudah
dapet gelar sarjana…saluut). Kami bertiga menuju UGM dengan menaiki kereta api
bisnis menuju Yogyakarta. Kaki kanan dan tak lupa bismilah sebagai ritual naik
kereta kami lalui, lalu kami mencari nomor tempat duduk kami dan berhasil, kami
telah menemukan tempat duduknya.
Kami
duduk dengan santai dan melihat sekeliling kereta, kami terkejut ternyata yang
naik kereta ini semua ingin mengikuti ujian saringan masuk UGM (wow…wow saya
sudah bilang wow loh ?!). Sepertinya mereka sangat serius sekali agar bisa
diterima di UGM, di dalam kereta saja mereka mengeluarkan buku matematika,
bahasa Indonesia dan bahasa Inggris. Mulut buka tutup menghafalkan ratusan
rumus matematika, seperti mantra yang keluar untuk mengutuk semua penghuni
kereta, luar biasa. Lain halnya dengan kami, dengan modal semangat kami
mengambil tas dan mengeluarkan buku sakti dan pulpen, buku sakti itu adalah TTS
(teka teki silang), kami membeli TTS biar tidak bosan dalam perjalanan menuju
yogya. Yang serius tetap serius, yang ngawur pengen serius juga susah, akhirnya
begini Cuma mengeluarkan TTS.
Perjalanan
kami menuju yogya di lakukan pada malam hari, sengaja kami lakukan perjalanan
di malam hari agar bisa merasakan suasana malam yang sunyi, tapi suasana sunyi
tidak bisa kami rasakan, yang terasa hanya suara mantra rumus yang membisingkan
telinga (hello plis deh… bacaanya dalam hati ajah). Untungnya mata kami sudah
mulai lelah dan akhirnya pulas dalam alunan mantra tidur.
Pagipun
mulai tiba, mata mulai dapat melihat dalam radius 10 cm (matanya masih ada lem
perekat jadi jarak pandang hanya 10 cm), kami pun terkejut, dalam kereta bisnis
pun ada anggota chery belle membawa kecrekan, si laura namanya (Lanang ora
wedok ora). Kami pun tertawa mendengar lagunya yang lucu sangat. Tak berapa
lama mba Laura menghampiri kursi kami dan menggoda kami, sambil berkata,”
bayarannya dong mas ?”. kami pun segera mengeluarkan uang dari kantong dan
segera memberi kepada mba Laura. Untungnya mba Laura segera pergi (emangnya
kami cowok apaan).
Tiba
di stasiun kota yogya kami segera menuju penginapan, beristirahat, cari makan
agar lagu kroncong dan pop dalam perut kami hilang seketika. Perut kenyang maka
tenaga pun datang, setelah kenyang kami langsung menuju UGM untuk menyerahkan
semua berkas mengikuti ujian masuk. Kami di sambut dengan alunan campur sari
seperti kami ini adalah raja Jawa yang sedang memantau UGM.
Semua
lancar tinggal menunggu ujian tiba, selama menunggu ujian kami hanya mengisi
dengan mencari pengalaman di Yogya, kami ke alun-alun, pasar beringharjo serta
tak lupa mengunjungi kraton Yogya, walaupun hanya bisa di lihat dari luar, kami
cukup senang melihatnya. Belajar dalam ujian pun kami semampunya, kami pelajari
dengan se-efektif mungkin. Diterima Alhamdulillah, tidak di terima ya di
syukuri, siapa tahu tidak diterima di UGM malah di terima di UI. (pikirku
ketika itu, Positif thinking selalu)
Waktu
ujian tiba, untungnya kami bisa dalam satu tempat dalam pelaksanaan ujian masuk
UGM, suasana ruang ujian pun tak jauh beda dengan suasana di kereta, banyak
sekali mantra yang berterbangan di langit - langit serta wajah – wajah serius
seakan tidak ingin di ganggu oleh kedatangan kami. Untungnya bel pelaksanaan
ujian pun berbunyi (gara-gara bel suara mantra hilang dan wajah tegangpun
terlihat menakutkan).
Penguji
masuk kedalam ruangan, satu, dua, tiga, empat dan lima (masyaallah pengawasnya
ada lima makin tegang pula wajah peserta ujian). Soal dibagikan, dalam satu
ruangan soal pun berbeda dengan yang di sebelah kanan, kiri, depan dan
belakang. Saya melihat ekspresi tiap wajah yang mengikuti ujian, cemas, panik,
khawatir terisi dalam satu wajah (nah loh seperti apa itu…). Di awali dengan
bismillah saya membuka lembaran soal demi soal. Semua soal saya jawab, tapi
anehnya soalnya tidak ada habisnya (ternyata sesi 1 jumlah soal ada 200 soal
dan baru terisi 100 soal). Alhamdulillah sesi pertama selesai pada pukul 11.30,
sesi 1 hanya di beri waktu 3,5 jam. (ternyata 1 soal di beri waktu 1.05 menit).
Ujian
3,5 jam, dampaknya cukup membuat perut saya mengadakan pemberontakan, saya
segera mencari warung makan dan ternyata teman saya sudah sampai disana (efek ujian
luar biasa). “gimana tadi, bisa ga?” Tanya saya. Teman saya Cuma bisa ketawa
dan mengajak saya makan siang. Perut kenyang, ibadah senang, sesi 2 pun segera
di laksanakan. Kami berpisah menuju kelas masing – masing untuk melaksanakan
sesi 2. Untungnya sesi 2 ini tidak terlalu banyak soal dan di beri waktu 2 jam.
Semangat saya membara agar segera cepat selesai karena bis menuju bekasi jam 5
akan berangkat.
Semua
misi di UGM telah kami lalui dengan baik, pengalaman yang indah, kemandirian,
dan yang lebih penting, semangat yang tak lekang oleh waktu. Kami hanya
berusaha dan Allahlah yang menetukan.Pengalaman dan teman baru siap menyapa
kehidupan kami selanjutnya. Selamat tinggal Yogya.
0 komentar:
Posting Komentar